Author : Park In Ri
Tittle : Scar !!
Casting : Song Ki Seob, Jung Hye Soo, Kim Ji Sook
Genre : Romance, Pra New Brige (?)
Rating : meski ada pengantin2 barunya. Jangan harap ada NC, karena author
masih dibawah umur (baru sadar)
Note :
-
Jangan
terlalu senang dulu baca tulisan saya yang satu ini (emang dulu pernah seneng)
-
Tidak
banyak yang bisa diharapkan (emang dulu bisa diharapkan)
-
Harap
sabar bacanya karena kasus masih berada nan jauh dimata
#############################################################
Scar
Cerita
ini...
Bukan
tentang luka yang kau berikan kepadaku..
Tetapi..
Tentang
luka yang aku pilih
Untuk
kita..
Maaf..
AUTHOR
POV
Seorang namja berperawakan tinggi,
berdiri tegak sambil mengetuk sebuah pintu rumah di tepi jalan seberang sungai
Han. Memanggil-manggil nama yeojachingunya yang tak kunjung keluar.
“Hye!” serunya sambil terus
mengetuk pintu
“Jakkaman(tunggu), Oppa!” kata sebuah suara yang akhirnya menyahut dari
dalam diikuti dengan suara langkah kaki seseorang dari dalam rumah. Tak berapa
lama kemudian munculah seorang yeoja berambut sepundak membuka pintu namun
segera kaget melihat namjachingunya sendiri.
“Astaga! Oppa belum sempat ganti
baju?” tanyanya langsung ketika matanya menangkap bahwa namjachingunya masih
memakai seragam pilot salah satu maskapai penerbangan.
“Hhh... aku cepat-cepat kemari..
hh...” katanya baru merasa bahwa sejak tadi telah menahan nafas.
“Kenapa tidak ganti baju dulu?”
kata yeoja itu dengan memasang muka polos.
Namun belum sampai Hye menarik
nafas, namja didepannya itu sudah menjitak kepalanya.“Augh! Appo(sakit).” Katanya merengek.
“Kau yang memintaku untuk segera
menemui mu. Menggunakan ancaman pula.” Katanya Ki Seop.
“Mian(maaf), aku kan rindu Oppa!” kata Hye, kemudian menarik lengan Ki
Seop masuk kedalam ruang tamu.
“Lalu kau mau apa, chagii(kekasih)??” kata Ki Seop sambil
mengelus pelan kepala Hye Soo. Rasa sebalnya memang hanya berbanding
0,00000001:10000000000 dengan rasa cintanya pada yeoja manis ini.
“Ayo kita kencan?” katanya sambil
mengerjapkan mata.
KI
SEOP POV
“Ige mwoya(apa ini)?” kataku sambil melihat benda aneh yang sudah menempel di
tubuhku.
“Bagus kan Oppa?” kata Hye sambil
menatapku penuh harap membuatku tidak tega mengatakan kalau baju yang
dipilihnya ini sangat aneh menurutku.
“Ini namanya baju couple.” Katanya
setelah aku berusaha tersenyum.
“Eh, kita mau kemana?” tanya ku.
Aku khawatir kalau dia berencana mengelilingi Seoul dengan kostum seperti ini.
“Sudahlah! Ayo kita pergi.”
Katanya sambil meraih tas ransel besar yang sejak tadi ada diatas sofa.
“Apa itu? Kenapa besar sekali.”
Kataku menunjuk-nunjuk ransel yang sudah di pakainya, kuat sekali dia?
“Kajja(ayo)!” Hye langsung menarik tanganku dan setengah berlari. Dia
sudah membawa ransel sebesar itu dan masih berlari pula?!
“Hye!! Kau tidak ingin aku membawa
tasmu itu?” tanyaku setelah dia mengurangi
kecepatan berlarinya.
“Ini ringan kok!” katanya.
Apa? Ringan? Hei, lihatlah itu.
ransel yang ada dipunggunya bahkan lebih besar dari tubuhnya. Lalu orang-orang
pasti akan mengira aku membullying yeojachinguku sendiri, karena muka Hye
sangat polos. Belum lagi, memangnya dia ingin mengajakku kemana sih sampai
membawa ransel sebesar itu? Aigoo!! Bukan mau kawin lari kan? Pernikahan kami
kan tinggal 5 hari lagi, kenapa harus kawin lari??
“Oppaaaaa!!!” teriaknya
dibelakangku.
Rupanya dia sudah berhenti dari
tadi, sedangkan aku terus berjalan sambi melamun, aku segera memutar langkah
dan menghampirinya.
“Kau mau kemana?” tanyaku ketika
aku sudah mulai mendekat.
“Oppa pegang ini sebentar ya?”
pintanya sambil mengangsurkan ransel besar yang menjadi pertanyaanku itu dari
tadi.
“Kau sudah lelah?” tanyaku. Tapi
kemudian semua pertanyaanku tadi hilang karena ransel ini memang benar-benar
tidak berat sama sekali. Hanya ukurannya saja yang besar.
Hye segera membuka ransel itu, dan
berbagai macam kepala boneka muncul dari dalam tas itu. ia mengambil salah satu
yang paling besar dan merangkulnya.
“Ja-jadi? Ini semua boneka?”
tanyaku keheranan.
“Menurutmu apa?” tanyanya polos
lalu masuk ke sebuah kios didepannya.
Aku keheranan dan segera
melongokkan kepala melihat papan nama toko. Lalu terpampanglah besar-besar,
sebesar-besarnya tulisan bertuliskan LAUNDRY. Apa?? Laundry??
Aku menatap yeojachinguku yang
berjalan menuju salah satu ahjussi penjaga laundry itu dengan terheran-heran.
“Ahjussi(paman), bisa kah kau mencuci boneka-boneka ini?” tanyanya sambil
menyodorkan boneka Teddy besar yang sejak tadi dipeluknya.
“Tentu saja!” kata ahjussi itu.
Lalu Hye segera berbalik arah
kepadaku dan merogoh seluruh isi ransel yang ternyata adalah boneka dan
meletakkannya di meja dihadapan ahjussi itu.
“Baiklah! Terimakasih ahjusii(paman)!!” katanya kemudian menarik
lenganku pergi dari tempat itu.
HYE
SOO POV
“Hahahahahaaaaaaa!!!!” kataku
masih terus tertawa sambil memegang perutku yang sepertinya sudah melilit
karena terlalu banyak tertawa.
“Chagi(kekasih), sudah lah! Hentikan!” kata Ki Seop Oppa dengan wajah
manyun.
“Hhaaa,, baiklah-baiklah..
hahaha.. hhhh! Kenapa Oppa mengira hahaha... aku akan hhmm.. mengajak Oppa
haha.. kawin lari?” tanyaku masih menahan tawa.
“Ah! Sudah lah!” katanya lalu
mengikuti ku duduk di pinggir jembatan penyebrangan.
“Kenapa kau mau
melaundry(?)boneka-boneka itu?” tanyanya lagi.
“Uh? Boneka-boneka itu kan sudah
kotor, lagipula kalau nanti kita menikah... aku akan membawa semua boneka itu.”
jawabku
“Apa?? Semua nya?” tanyanya menatapku
dengan mata besar-besar.
“Memang kenapa?” tanyaku heran.
Apa salah boneka-boneka itu? bukankah mereka semua itu lucu?
Ki Seop Oppa hanya diam saja tanpa
membalas. Lalu tangannya mengelus kepalaku.
“Kapan Oppa cuti?” tanyaku
kemudian.
“Besok sore adalah penerbangan
terakhirku.” Katanya.
“Penerbangan terakhir?” tanyaku
heran. Bukannya dia sangat menyukai pekerjaannya sebagai pilot? Lalu kenapa dia
mau mengundurkan diri?
“Sebelum pernikahan kita.”
Sambungnya. Aku hanya membalasnya dengan membentuk O pada mulut tanpa
mengeluarkan suara.
Ia merengkuh pundakku dan
mendekatkan pada tubuhnya membuatku bersandar pada pundaknya, kami berdua
menatap jalanan kota seoul yang bertaburan cahaya dan mobil-mobil yang berjalan
merayap dari atas jembatan penyebrangan.
Bagiku
saat itu
Cinta
adalah
Ketika
pundak yang diberikannya padaku terasa sangat nyaman
KI
SEOP POV
Aku merangkul pinggang Hye sambil
melewati kerumunan orang-orang yang meneriakkan nama kami. Ada banyak orang
datang pagi ini, teman-teman semasa sekolah juga rekan kerja tidak lupa para
kerabat dari pihakku maupun Hye Soo. Dan Hye menyapa mereka semua.
Melihat wajahnya yang tersenyum
sarat dengan kebahagiaan membuat buket bunga ditangannya terlihat kalah cantik.
Kami sudah berada di depan sebuah
mobil yang sudah dihiasi dengan banyak pita dan bunga di bagian depannya. Aku
membantu Hye masuk kedalam mobil lalu
memutari mobil menuju ke bagian kemudi. Aku memang sengaja ingin mengemudi
sendiri tanpa menggunakan sopir.
“Annyeong(halo), yeoreobun(semuanya)!!
Khamsahamnida(terimakasih)!” teriak
Hye dari kap mobil yang terbuka disambut dengan tepuk tangan riuh orang-orang
dari luar aula pernikahan.
Aku juga melambaikan tanganku pada
orang-orang diluar dan segera menjalankan mobil perlahan.
“Annyeong! Bye!! Annyeong!!” Hye
masih saja berteriak dari kap mobil hingga posisi badannya jadi berputar.
“Chagi, sudahlah!” kataku mencoba
membujuknya untuk turun.
“Hehehe.. mian Oppa.” Katanya
sambil mendudukkan badannya ke jok disampingku. Ulah Anaeku ini memang ada-ada
saja, neomu kyeoyo.
“Hiks..hiks..” aku sedikit kaget
mendengar isakan dari suaranya.
“Hey-hey.. kau kenapa? Karena
kejadian kemarin? Sudah lah! Aku kan sudah ada disini.” Kataku berusaha
menenangkan, sambil memegang kemudi aku berusaha meraih pipinya. Aigooo! Dia
benar-benar menangis. Apakah dia benar-benar khawatir saat itu?
Flashback
“Aku
pulang!” teriakku sambil mengganti sepatuku dengan sandal rumah.
“Ini
dia anaknya. Calon istrimu mencarimu dari tadi.” Kata Eomma sambil berlalu setelah
memastikan aku pulang.
“Hye?
Lalu sekarang dimana dia?” tanyaku
“Di
kamarmu.”
Tidak
berfikir dua kali aku langsung menuju ke kamarku dan benar saja aku
menemukannya sedang duduk di tepi ranjangku. Aku mendekatinya dan mengelus
lembut kepalanya.
Ia
segera mengangkat kepalanya dan memelukku.
“Oppa!!
Huks, huks, huks...” katanya sambil menyeka air mata.
“Kau
kenapa?” tanyaku sambil menepuk-nepuk pundaknya meskipun heran juga.
“Kenapa
Oppa pulang telat? Aku khawatir terjadi sesuatu pada Oppa.” Katanya melepas
pelukankku lalu menundukkan kepalanya.
“Aku
kira hu..huks.. Oppa kecelakaan, hiks..seperti yang di huks-huks drama-drama
itu, kan pernikahan kita tinggal 2 hari lagi.. huks, huks...” katanya
menjelaskan panjang lebar.
“Aigoo!
Ma’afkan Oppa, ne? Membuatmu khawatir, tadi Oppa mendapat banyak ucapan selamat
makannya telat.” Kataku sambil meraih tubuhnya dan memeluknya, meskipun sambil
menahan tawa. Yeojachinguku ini benar-benar polos!
End
Flashback
“Oppa?” katanya lirih,
“Iya, ada apa?” tanyaku pelan, aku
senang karena mungkin dia akan menjelaskan kenapa dia menangis.
“Oppa akan memperbolehkanku
sering-sering berkunjung kerumah Eomma(ibu)
kan?” katanya setelah menenangkan emosinya dan berhenti menangis.
“Eh?” aku kaget mendengar
pertanyaannya, aku pun segera menepi kan mobilku. “Hahah...” aku tertawa pelan
sambil melepas seatbelt ku.
“Kenapa Oppa tertawa?” tanyanya.
Aku menatap matanya lekat-lekat.
“Kau pikir aku ini suami seperti apa? Tentu saja, kau boleh sering-sering
berkunjung. Asal tidak melupakanku saja.” Kataku mencoba memberikan pengertian
padanya.
“Jadi, sudah jangan menangis lagi,
ne?” kataku sambil meraih kepalanya dan menghapus air matanya.
Bagi
ku saat itu..
Cinta
adalah..
Perasaan
sakit ketika melihatnya menangis.
HYE
SOO POV
Akhirnya kami berdua sampai di
apartement baru kami. Hari masih siang ketika kami tiba, itu karena kami
memilih apartemen di tengah kota yang tidak jauh adi rumah Eomma dan juga rumah
keluarga Ki Seop Oppa.
Ah! Mulai sekarang aku harus
memanggilnya Nampyeon(suami). Hihi..
tapi rasanya aneh. Atau Yeobo(suami)?
Itu lebih aneh lagi! Eumm..
“Oppa! Kau mau aku memanggilmu
apa? Nampyeon? Yeobo?” tanyaku padanya. Lalu beberapa saat kemudian aku merasa
bodoh sekali menanyakan hal itu! ‘aish! Pabo!’
Ki Seop Oppa memegang kedua
pundakku, dan menatapku penuh pengertian. Kemudian mencium ku perlahan.
“Terserah kau saja, chagi. Oppa
juga sudah bagus.”
“Oo.. Geurae(baiklah).” Kataku lalu berlari kecil menuju meja nakas untuk
mencopoti hiasan bunga-bunga di kepalaku yang membuat ku seperti buket bunga
berjalan. Sebenarnya juga karena salah tingkah sih. Hehe..
“Hye-ya..” panggil Ki Seop Oppa
ketika aku sedang sibuk melepaskan sebuah hiasan bunga besar.
“Ne?” jawabku agak mengacuhkan.
“Hye Soo-ya..” panggil Ki Seop Oppa
lagi dengan nada yang sangat halus, membuat nyaman.
“Wae(kenapa) Oppa?” tanyaku sambil melepas sebuah jepit rambut.
“Kau mencintaiku kan?” tanyanya.
Eh? Baiklah, aku hentikan aktifitasku dan menghadap ke arahnya.
“Tentu saja, Oppa.” Kataku.
“Aku juga mencintaimu.
Sangat-sangat mencintaimu.” Katanya sambil memamerkan deretan gigi putihnya.
Meskipun heran, aku kembali
memutar badanku menghadap meja nakas, mencoba menyisir rambutku dengan jari.
Ya, aku sengaja tidak memakai Hairspray.
“Hye Soo-ya..” panggil Ki Seop
Oppa lagi. Astaga! Ada apa sih? Aku berlari kecil kearahnya sambil mengangkat
sedikit ujung gaunku.
“Wae geurae (ada apa), Oppa?” tanyaku sambil meletakkan tanganku pada kedua
pipinya.
“Kita akan hidup bahagia
selama-lamanya kan?” tanya nampyeonku lagi.
Aku memiringkan kepalaku, berfikir
kenapa dia menanyakan hal seperti itu. Tapi akhirnya pertanyaan itu aku jawab
juga. “Ya, tentu saja. Kita akan bahagia selama-lamanya.”
GREP!
Ki Seop Oppa memelukku dan
menyandarkan kepalanya pada punggungku. Meski sedikit bingung, aku tetap saja
mengelus punggungnya pelan. Lalu tiba-tiba, Ki Seop Oppa mengangkat pinggangku
dan kami berputar-putar di kamar kami. Membuat gaunku mengembang seiring dengan
setiap putarannya.
Beberapa
minggu kemudian.
GREP!
Seseorang dengan aroma tubuh yang
selalu membuatku nyaman memelukku dari belakang. Membuatku sedikit terkejut
namun segera tergantikan dengan perasaan bahagia.
“Oppa, irreonaseoyo(sudah bangun)?” tanyaku sambil mengaduk
segelas kopi.
“Eum. Aku kan tidak bisa lama-lama
tanpa kamu, chagii.” Katanya sambil meletakkan kepala di pundakku manja.
“Ini kopi, Oppa.” Kataku sambil
membalikkan badan dan memberikan segelas kopi padanya.
CHU~
Dia menciumku kilat dan tertawa
ketika melihat reaksiku. “Hey! Itukan morning kiss dari ku!” katanya sambil
menyeduh kopinya. “Ayo bersulang?” katanya sambil mendekatkan gelasnya padaku.
Meraih gelas kopiku sendiri yang bertuliskan <3 anae.="anae." bertuliskan="bertuliskan" dan="dan" gelas="gelas" membenturkannya="membenturkannya" nampyeon="nampyeon" pada="pada" pasangannya="pasangannya" pelan="pelan" span="span">3>
Dan kami menyeduh kopi itu
bersamaan.
Bagi
kami saat itu..
Cinta
adalah
Ketika
kami saling memiliki, menerima dan memberi kenyamanan
Ki
Seop POV
“Hari ini kita makan siang bersama
ya?” tanyaku sambil menggigit roti yang baru disodorkan Hye.
“Em.. ayo! Di butik, Eomma tidak
mengijinkanku melakukan pekerjaan berat. Aku hanya boleh mengawasi saja.”
Katanya sambil mempoutedkan bibirnya.
“Kalau begitu kita makan di
restoran kesukaanmu, ne?” tanyaku mencoba menarik perhatiannya.
“Jinca(benarkah)? Ne(ya)! Kajja(ayo), kita makan siang disana.” Katanya
kembali bersemangat. “Eumm, ada apa kita makan siang disana? Tempat itu terlalu
mahal untuk makan siang, Oppa.” Katanya sambil mengetuk-ketukan jari
telunjuknya dibibir.
“Ada seseorang yang ingin aku
kenalkan padamu.”
***
“Aish, ada apa dengan semua
tulisan ini. Mereka semua membuatku pusing.” Kataku sambil mengacak-acak lagi
rambutku yang sudah berantakan.
Kalian tau, setelah menikah Aboji
menyuruhku untuk berhenti menjadi pilot dan mengurus bisnisnya. Dia mengancam
tidak akan merestuiku, tapi semua orang tau dia menyayangi Hye lebih dari
menyayangiku, mungkin. Aku menurutinya hanya karena ingin membahagiakan Aboji
dan karena aku pikir pekerjaan ini hanya tinggal tanda tangan disini, disana,
di kertas ini, di dokumen ini. Ternyata tidak mudah sama sekali!
TOK TOK TOK!
Seseorang mengetuk pintu
ruanganku, aku melirik pintu yang masih tertutup itu dengan sebal. “Nuguseyo?
Masuk saja.”
TOK TOK TOK!!
Pintu itu diketuk lagi. Aish!
Kenapa tidak langsung masuk? Uh! Aku berjalan gontai ke arah pintu dan membuka
daun pintu dalam satu hentakan.
“Annyeong(halo)!” sapa seorang laki-lagi sambil tersenyum membuat mata bulan
sabitnya tenggelam akan pipinya yang chubby.
“Hyeong(brother)!” kataku sambil menatapnya. “Astaga! Aku kira siapa?
Kenapa tidak menelfon ketika sampai dibandara? Aku ingin menjemputmu. Hahaha”
kataku sambil menepuk pundaknya.
Dia malah mengangkat sebelah
pundaknya lalu merentangkan tangannya memelukku. Aku pun tersenyum dan
membalasnya. “Aigooo, adik kecilku.” Katanya sambil mengacak rambutku dalam
pelukannya.
“Hyeong~ Geumanhae(cukup)! Istriku bisa marah nanti.”
Kataku berusaha melepaskan pelukannya.
“Hahaha.. aku tau, aku tau!”
katanya sambil melepas pelukannya. “Hei, sepertinya baru kemarin, kita mencuri
buah dari tanaman milik tetangga, tapi sekarang kau sudah menikah.” Katanya
menepuk bahuku berkali-kali
“Hyeong, kau juga harus segera
menikah!” kataku sambil menyeret kopernya ke samping sofa diruang kerjaku.
“Kau tau bukan, masih banyak yang
ingin aku capai.” katanya sambil duduk di sofa tengah. Begitulah hyeong-ku, Ji
Sook hyeong. Dia adalah sepupu dan juga temanku sejak kecil. Sangat gigih
mencapai yang dia impikan, tapi sangat santai jika sudah berhubungan dengan
perasaan. Hahaha!
“Oh iya, perkenalkan aku dengan
istrimu itu! Yang kau bilang sangat kau cintai.” Katanya lagi.
“Ah! Baiklah! Kebetulan aku akan
makan siang dengannya. Hyeong, kau harus ikut! Nanti kuperkenalkan.” Kataku
ingat janji ku pada Hye.
“Kebetulan, aku sudah sangaat
lapar. Makanan di pesawat tidak enak! Kajja!”
**
“Hyeong, itu dia Anae-ku!” kataku
sambil mempercepat langkah kaki ketika sudah sampai di restaurant dan melihat
Hye sudah menunggu.
“Chagi!” teriakku ketika sudah
beberapa meja di depannya. Dia mengangkat wajahnya dan tersenyum menatapku,
tapi begitu melihat Ji Sook di sampingku dia langsung berdiri.
“Hyeong, ini Hye Soo, Song Hye
Soo, Anae(istr)-ku!” kataku sambil
menambahkan marga-ku pada namanya. Biasanya Hye selalu tersipu ketika aku
mengatakannya.
“Chagii, ini Ji Sook Hyeong.
Hyeong-ku yang nakal yang sering kuceritakan. Dia baru tiba dari Barcelona
tadi.” Mereka berdua saling tersenyum dan berjabat tangan.
To be continued
Preview of next part:
Tiba-tiba seperti ada benda berat
yang memukul dada ku dan mengangkatnya keatas. Aku sulit bernafas, dan tubuhku
menjadi dingin seketika. Aku meraih apapun yang ada dijangkauanku dan
menyandarkan kepalaku disana seiring dengan pandanganku yang memudar.
***
“Kau ingin kembali padanya.” Mulutku tiba-tiba
mengatakannya dengan nada dingin. Aku bahkan tidak menyesalinya sekarang.
“Apa? Apa maksud Oppa?” tanyanya
berjalan kearahku
“Tidak kah kau tau? Kau tidak
menghargaiku sebagai Nampyeon-mu!” mendadak, seperti ada banyak sekali yang
ingin aku katakan padanya.
“Oppa..” katanya lirih
“Aku tau, kau wanita baik. Tapi
kau harusnya tau batasannya. Kau harusnya mengerti dengan baik, cara menjaga
martabat seorang istri.”