Halaman Yang Ada Di Blog-ku

Sabtu, 26 November 2011

HANYA SEBUAH BAYANGAN


ceritanya saya lagi buka-buka postingan blog saya yang duluuuuuu banget,, ada banyak puisi-puisi,, jadi inget sama ini puisi,, kalo gag salah ini tugas bahasa Indonesia, jadi pengen ngepost.
trus waktu saya cari-cari,, eh ternyata masiha ada teman-teman...
bingun sendiri baca ini puisi,, maksudnya apa ya? kesambet apa saya waktu buat puisi ini,,

HANYA SEBUAH BAYANGAN


Saat kau membutuhkanku
Ku selalu ada disisimu
Menjadi pendengar meski tak pernah didengar
Menjadi orang yang selalu ada meski tak pernah dianggap ada

Selalu menemanimu, mendampingimu
Meski kau tak pernah menghargaiku
Aku lelah menjadi bayang dirimu
Menyembunyikan sisi lain diriku

Diriku yang membutuhkanmu
Kini setelah ku rapuh
Setelah aku tak punya kekuatan untuk teguh
Setelah hatiku beku akan sentuhmu

Kau memintaku
Meminta perlindunganku
Meminta kekuatanku
Memintaku menjadi bayang dirimu, lagi

Tapi aku tak punya
Sekarang, setelah kau membuangku dulu
Aku tak punya lagi apa yang kau mau
Karena aku bukan lagi aku, Aku bukan lagi sahabatmu

STYROFOAM & BLACK POPCORN

sebelumnya, adakah yang nggak tau apa itu Styrofoam?! itu lho!! yang biasa di pake di OVJ!! yang putih-putih itu!! nama umumnya GABUS, udah tau kan?
judul ini, author dapet waktu lagi ngerjain mading 3dimensi yang mengharuskan author bergelut sama styrofoam hampir setiap hari selama hampir satu bulan (-,- curhat teruuusss!!) tapi masa-masa itu sudah berlalu, kawan!

oke deh,, mendingan langsung capcus aja ya??
HAPPY READING,,,


Author : Park In Ri
Casting : Lee Taemin, Park In Ri, Lee Jin Ki, Han Sang Hwa *seluruh tokoh dalam FF ini sudah melalui tahap seleksi yang sangat ketat dan telah dianggap memenuhi syarat ke-Ffan.
Genre : Romance, Full Color, kalo yang kemaren sadlytic, sekarang dibuat penuh warna n seru!!
Rating : PG- berapa ya? bingung nentuinnya.. ntar aja deh kalo udah tamat, baru ditentuin ratingnya

STYROFOAM
Percayakah?
Aku dapat mencintai seseorang
Hanya karena pernah merasakan nafasnya..
*********************************
Author POV
“In Ri sayang, kau disini dulu ya?” tanya seorang ibu-ibu muda pada anaknya yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak ditengah keramaian.
“Ibu mau ke toilet didepan itu sebentar.” Kata ibu itu lagi.
“Baiklah, tapi cepat ya.” Kata anak kecil itu manja.
Sementara ibunya pergi ke toilet. Gadis kecil itu memandangi taman yang sedang ramai itu sambil memainkan kakinya. Ini adalah hari anak nasional, banyak anak-anak dari berbagai sekolah yang kemari bersama ibu dan ayah mereka.
Seekor kupu-kupu terbang mengelilingi gadis itu, mengajaknya bermain, terbang kesana kemari, membuat gadis kecil itu mengikutinya. Berlari cepat mengikuti kupu-kupu yang terbang.
DUKK! Gadis kecil itu jatuh terduduk, mengotori baju pinknya yang indah dengan tanah liat. Tangannya juga lecet karena menahan berat badannya.
“Sini aku bantu berdiri.” Kata seorang anak laki-laki kecil dengan kemeja putih, dan jas kuning juga celana serupa. Dengan senyum manis dan matanya menyiratkan kebahagian, ia mengulurkan tangan pada In Ri.
Gadis itu meraih tangannya. “Aku bantu obati lukamu ya?” tanya anak laki-laki itu.
Mereka berdua berjalan menuju kesalah satu bangku.
Anak laki-laki itu mengusap luka In Ri dengan air, kemudian meniupnya sebentar. Dan menutupnya dengan plester.
“Sudah selesai.” Kata anak laki-laki itu.
“Terimakasih.” Kata In Ri pelan.
“Tidak masalah, aku pergi dulu ya? Ayahku sedang menunggu.” Kata anak itu.
In Ri yang tidak bisa mengatakan balasan apapun hanya bisa memandangi anak laki-laki itu berlari.
“In Ri? Kau kenapa? Bajumu kotor begitu?” tanya Ibunya yang baru kembali dari toilet.
‘Ibu, bisakah ibu membelikanku gaun berwarna kuning?” tanya In Ri polos.
------------------------
Tapi anehnya..
Perasaan itu tumbuh dan berkembang seperti cinta-cinta yang lain
Hingga bertahun-tahun
Tepatnya..
11 TAHUN KEMUDIAN
*************************************
In Ri POV
“Sekolahku sudah sampai, Oppa.” Kataku pada Jin Ki oppa, sambil menepuk-nepuk pundaknya agar menghentikan motor.
“Oh? Benar. Turunlah, kita sudah sampai.” Katanya setelah menghentikan motor didepan gerbang, sedangkan dia tidak merasa harus turun dan tetap berada di atas motornya.
“Ne.” Kataku sambil turun dari motornya lalu berjalan pergi sebelum dia menarikku, membuat pipiku berbenturan dengan bibirnya.
“Hati-hati ya? Baik-baik disekolah. Jangan coba-coba melirik namja lain.” Katanya sambil mencium keningku.
“YAA!! Sampai kapan kalian mau bermesraan begitu? Cepat masuk!” kata Gae Shin yang ternyata sudah memperhatikan kami dari tadi.
“Hey!! Annyeong!!” kataku sambil melambai-lambaikan tangan pada chinguku itu. “Aku masuk dulu ya, Oppa?!” kataku pada Jin Ki Oppa, dan segara berlari menghampiri Gae Shin.
Setelah sampai di dekat Gae Shin, aku merangkul pundaknya dan kami berjalan bersama.
“Sebenarnya kau dan Jin Ki sunbae itu ada apa sih?” Tanya Gae Shin kepadaku.
“Tidak ada apa-apa.” Balasku
“Tidak ada apa-apa, tapi bermesraan begitu? Dasar kau anak nakal! Kulaporkan Seung Ri Oppa nanti kau!” ancamnya bercanda.
“Eonni, Jin Ki Oppa itu teman Seung Ri Oppa. Jadi tidak akan ada masalah kalau Seung Ri Oppa tau. Lagipula dia memang sudah tau. Lalu sekarang, dimana kelas kita?” kataku mengalihkan pembicaraan.
“Yang didepan itu. aku dan Na Dae sudah menaruh tasku. So La akan duduk bersamamu.” Kata Gae Shin.
“Eh iya! Dimana Na Dae?” tanya ku.
“Dia pergi ke kantin, kau masuk saja dulu. Aku mau ke toilet.” Kata Gae Shin langsung berlari tanpa menunggu jawabanku.
Aku segera masuk kedalam kelas baruku. Aku pandangi sekeliling dan menemukan tas Gae Shin dan Na Dae di bangku kedua dari belakang baris paling kiri. Baiklah, aku akan duduk dibelakang mereka.
Aku berjalan keluar kelas dan menemukan So La sedang berjalan mengendap-endap di belakang seorang namja.
“Hey! Kenapa kau bertingkah seperti itu?” tanya ku mengagetkannya.
“In Ri!!!” kenap dia malah memekik padaku?! “Seung Ho sekelas dengan ktia!” katanya kali ini sambil memelankan suara.
“Ya, itu bagus untukmu. Kau sudah menyukainya diam-diam sejak kita SMP.” Kataku sambil mengingat-ingat masa SMP yang mulai hari akan berubah menjadi masa-masa SMA.
“Bolehkah aku duduk dengannya? Kau bisa duduk dengan orang lain kan? Ayolah!!” katanya.
“Em...” gumamku sambil melihat wajah memelasnya. “Baiklah! Lagipula, Gae Shin dan Na Dae ada didepanku.” Kataku mengambil keputusan.
***********************************
Author POV
Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa baru masuk kedalam kelas. In Ri yang baru menemani So La ke toilet sudah masuk kedalam kelas dan duduk dibangkunya. Kursi sebelahnya masih kosong.
“Hari pertama sudah terlambat.” Kata In Ri dalam hati sambil mengamati sebelah kursinya yang masih kosong.
“Baik, kita mengecek kehadiran dulunya.” Kata seorang Sunbae ramah.
“Baek Na Dae..”
“Naega.” Kata Na Dae mengalihkan pembicaraan dengan Gae Shin
“Kim So La..”
“Ne.” Kata So La menjaga sikap karena ada Seung Ho disampingnya.
“Lee Tae Min...” kata sunbae itu sedikit heran.
“Lee Taemin..” kata Sunbae itu mengulangin perkataannya karena tidak ada suara yang menyahut. “Ya! Lee...” kata Sunbae itu terhenti karena seorang Sunbae lain menyikutnya.
“Aku disini.” Kata seorang Namja yang baru masuk ke dalam kelas.
“Ahh.. hyung.” Kata sunbae itu.
“Kenapa? Apa kau akan menghukumku karena terlambat?” tanya namja itu sok. Benar-benar serasi dengan penampilannya, seragam acak-acakan, tasnya tertenteng sembarangan dan rambut almond lurusnya dibiarkan terurai panjang hingga sebahu.
“Ani.. tentu saja tidak, Hyung.” Kata sunbae yang lainnya.
“Bagus.” Kata namja itu langsung berjalan menuju tempat duduk kosong disebelah In Ri.
In Ri memandangi penampilan namja itu dari bawah ke atas, kemudian pandangan mereka bertemu dan namja itu melirik sinis kearahnya. Membuat In Ri terlonjak kaget dan menggeser tempat duduknya agar sedikit menjauh dari namja itu.
Gae Shin dan Na Dae yang melihat namja itu duduk di bangku sebelah In Ri itu juga mengkhawatirkan chingunya.
-----------------------------------
Setelah selesai makan siang, In RI dan ketiga chingunya kembali ke kelas. Di samping tempat duduk In Ri terlihat seorang namja duduk menaikkan kakinya ke meja dan memejamkan mata.
“In Ri, apakah kau yakin akan tinggal dirumah nenekmu?” tanya Gae Shin ketika mereka baru saja duduk.
“Tidak ada pilihan lain, tidak ada orang dirumahku. Mungkin aku harus tinggal disana sekitar seminggu.” Kata In Ri sambil meraih handphone-nya yang berbunyi.
“Lalu, bagaimana kau pulang? Dengan Jin Ki Sunbae kan?” tanya Na Dae.
“Aku baru saja memintanya untuk tidak menjemputku. Dia pasti sedang sibuk mengurusi hobae-hobae barunya.” Kata In Ri sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku.
“Eh, sepertinya So La dan Seung Ho sudah semakin akrab!” pekik Gae Shin pelan.
“Eh, benar!! Kekekekek...” kata In RI sependapat.
“Ehhheeeemmm.. Sunbae Kang Min, sepertinya kau harus memisahkan ketiga yeoja ini, mereka berisik dari tadi.” Kata Taemin tanpa menurunkan kakinya dari meja.
“Eh? Taemin hyung.. baik lah. Kau! Nomor 05 dan 14 kalian tukar tempat dengan dua yeoja berkacamata itu.” Kata seorang sunbae, membuat Gae Shin dan Na Dae terpaksa pindah dan digantikan dua yeoja berkacamata yang sepertinya sangat-sangat pendiam.
************************************************



TBC...
kelanjutan FF ini bisa ditunggu segera..
--SEMOGA----
Saya kan sudah bilang kalo saya lagi hiatus!!




Sabtu, 05 November 2011

Lama tak berjumpa kawan-kawan semua....

Anneyong haseyo?!!!

sudah lama tak berjumpa?
maaf telah menjadi orang durhaka yang lupa ama blog-nya.. kesenengan sama modem baru,,
hingga akhirnya,,
kualat ama tu modem,
si modem ketendang ama adik saya,, jadi deh tu modem almarhum,,
huhuhu,,, (nangis dipemakaman modem)

tapi-tapi-tapi,,
saya udah beli modem lagi, dan janji nggak bakal ngulangin kesalahan yang sama,,
cinta banget dah ama modem!!!!!

jangan tanya keadaan saya, karena yang pasti saya bakal ribet ngejelasinnya,,
saking lamanya gag posting
(sekali lagi saya minta maaf..)
 secara garis besar, saya baik-baik saja...
dan..
dan..
dan..
sejak terakhir post mpek sekarang, saya udah bikin 3 judul FF, dan 2 FF dalam proses..
saya bener-bener niat jadi tukang bikin FF, bahasa kerennya ma Author..

ohiya-ohiya,,
selain blog ini, saya juga punya blog lain -makin diacuhin dah ini blog-
engga kok engga, blog yang ketiga itu isinya cuma FF doankkkk.. kalo ini lebih ke diary,,\
trus blog yang pertama gag tau deh bakal dibuat apam -galau kebanyakan blog-

yang jelas sekarang lagi gencar-gencarnya tes penjurusan buat masuk IPA or IPS,, kyaa!!!!!!
kalo udah mikir tentang itu, pasti jadi galau..
pertama, pengennya saya mau masuk IPA, tapi takut kecapean,,
dan-dan-dan,, nilai saya cenderung bagus di IPS..
tapi saya kan disuruh si Ummi kuliah dipertanian,,
saya mah sebenernya nggak pengen, (pengennya di Hubungan Internasional/Hukum/Psikologi) tapi ya berhubung saya anak yang berbakti --dari pada nanti kagak dikasih makan?- yah saya terima aja lah...


yang penting,,
MAJU TERUS K-POPers Indonesia,,
dikelas saya udah hampir separo yagn jadi K-popers. itu berkat usaha keras saya, dan teman-teman lain (bibik, Iis, Umma, Fela, dkk, dll, dsb, dst..)

udah ah, udah di obrak-abrik si Ummi, buat sholat ashar..
kita ketemu kapan-kapan lagi,
oke??
ddaaa!!!
annyeong!!!!!









Double Mask For Double Face 2 -part3-


In Ri POV
Pagi ini, aku bersiap kesekolah lebih awal dari biasanya. Dua jam sebelum bel sekolah berbunyi. Setelah berpamitan pada Park Bom Eonni aku segera pergi.
Aku harus mengunjungi satu tempat terlebih dulu. Menuju kesebuah apartement dan memencet bell-nya.
“In Ri, mau berangkat ke sekolah?” tanya Taesun Oppa setelah muncul dari balik daun pintu.
“Ne. Taemin Oppa, eoddiga?” tanyaku sambil melepas tas ku dan menaruhnya di sofa.
“Di kamar. Masuk saja.” katanya lalu berjalan ke dapur.
Aku memasuki kamar namjachinguku dan merasa yang entah bagaimana baunya sudah berubah setelah satu malam berpenghuni. Baru beberapa langkah memasuki kamar, Taemin Oppa sudah keluar dari kamar mandi dengan rambut sedikit basah.
Pandangan kami bertemu dan dan aku memasang senyum simpul seperti biasanya sedangkan dia berjalan mendekat. Setelah tepat berada di depan ku, dia memegang pundak ku dan meraih kerah jas seragamku, menariknya kebelakang dan menyenderkan kepalanya di pundak ku.
“Disini gelap. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.”
Aku membalas pelukannya dan berusaha memberinya semua kekuatan yang ku miliki
----------------------------------------------------------------
Aku sedang duduk menantikan bus datang ketika Gae Shin menghampiri.
“Bagaimana Taemin Oppa?” tanya Gae Shin duduk disamping ku
“Baik-baik saja. Hanya masih butuh sedikit istirahat.” Jawabku singkat
“Bus-ku sudah datang, aku akan ke apartementnya dulu. Semoga harimu menyenangkan.” Kataku sebelum naik bus.
“Ya. hati-hatilah.” Kata Gae Shin.
Aku duduk disalah satu tempat duduk yang kosong. Merogoh tas dan mengeluarkan sebuah album. Memandangnya sebentar dan memikirkan bagaimana cara membuat Taemin Oppa sedikit demi sedikit sadar kembali.  Aku bahkan tak sadar ketika bus berhenti di tempat tujuanku.
Aku memencet bell apartemen namjachinguku lagi. Karena tidak ada jawaban, aku langsung masuk kedalam. Sepi. Kelihatannya Taesun Oppa sedang pergi. Aku lantas masuk keruang tamu dan melihat Taemin Oppa sedang duduk bersandar di sudut kanan sofa sambil membaca sebuah buku, aku segera menghampiri dan duduk disampingnya.
“Buku apa?” tanyaku berusaha memeberi pertanda aku datang
“Bukan apa-apa.” Jawabnya singkat tanpa menoleh
Aku hanya mendesah pelan lalu mengeluarkan album dari tasku, beberapa foto kenangan kami berdua. Sebuah foto mengingatkanku pada saat kami bermain komedi putar bersama-sama, foto itu kuambil dari kamera polaroid milik Taemin Oppa. Ketika dia membuat sebuah luka kecil dipergelangan tanganku.
“In Ri.” Kata Taemin pelan namun masih dapat kudengar.
*********************
Author POV
“Ne.” Kata In Ri tak terlalu antusias karena masih memandangi album itu
“Aku mau kau jadi milikku.” Kata Taemin, sedangkan In Ri tersenyum kecil dan menyenderkan kepalanya di pundak Taemin.
“Belum cukupkah aku selalu ada disampingmu? Belum cukupkah kita selalu bersama?” tanya In Ri
“Belum. Karena kalau hanya begitu, kau pasti akan meninggalkanku” Kata Taemin tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.
“Kalau aku meninggalkanmu, kau harus segera mengejarku.” Kata In Ri
“Cih!” Taemin mendecis. “Untuk apa aku mengejarmu, kalau kau sendiri yang meninggalkanku.” Kata Taemin datar
Suasana hening beberapa saat untuk mereka, Taemin menunggu jawaban In Ri tapi In Ri tidak merasa kalimat Taemin terakhir adalah sebuah pertanyaan.
“Hey! Aku masih menunggu jawabanmu.” Kata Taemin mengarahkan tangannya pada punggung In Ri, berjalan ke tengkuk dan mencekik leher belakangnya.
“Uhuk,, haruskah aku mengatakannya? Uhuk! Tentu saja aku mau.” Kata In Ri menghabiskan sisa nafasnya.
“Pintar.” Kata Taemin sambil mencium pipi In Ri berkali-kali.
Sedangkan In Ri tidak bisa melakukan apa-apa karena untuk bernafas saja sulit, Taemin masih terus mencekiknya dari belakang, membuatnya tidak berkesempatan merasakan Oksigen.
**************************
Taemin POV
Tidak bisa kupungkiri kalau aku dengan senang hati melakukannya. Aku suka membuat dia terlihat tersiksa, aku suka menyakitinya.
Karena aku tidak berminat melepaskan cekikanku dari tengkuknya, tak perlu menunggu waktu lama. Cukup lima menit, dia sudah menyerah.
“Hah!” desahku “Kalau dia tidur secepat ini, dia tidak akan merasa sakit. Dan aku tidak suka itu.” kataku sambil merengkuh tangannya. Menelusuri sela-sela jarinya dengan jariku. Mengangkatnya mendekati bibirku dan menghisap telapak tangannya sebentar.
“Kira-kira apa yang bisa kulakukan agar ini semakin menarik?” kataku sambil mengeluarkan pisau lipatku. Terpikir olehku untuk melakukan sesuatu.
“Eh? Sudah ada bekas luka disini.” Aku sedikit menyesal ketika melihat sebuah bekas luka di pergelangan tangannya.
“Baiklah, lagi pula tempat itu tidak menarik lagi.” Kataku sambil melirik telapak tangannya.
Aku goreskan perlahan-lahan pisau lipatku ke telapak tangannya. Semakin lama semakin dalam dan semakin menuntut. Goresan pisauku membentuk tanda silang di telapak tangannya.
“Mmmmhhh..” In Ri terdengar menahan rasa sakit yang bahkan bisa dirasakan hingga alam bawah sadarnya.
Pandanganku beralih ke telapak tangan lainnya yang masih belum tersentuh luka. Aku tinggalkan luka yang mulai mengeluarkan darah segar yang masih menetes. Biarkan saja! semakin kering, mereka akan semakin menarik.
Aku berputar ke sisi lain tubuhnya dan menggenggam tangannya. Mengarahkan pisau lipatku ke telapak tangannya, pisauku sudah menempel dan siap mengelupas kulit luarnya ketika ada seseorang muncul dari balik pintu.
“Taemin!! In Ri!!!” pekiknya sambil berlari kearah sofa, matanya menjadi duakali lebih besar ketika melihat darah segar mengalir dari telapak tangan In Ri.
“Taemin apa yang kau lakukan!” katanya berdiri dihadapanku.
“Ceeh!!!” kataku dengan nada meremehkannya.
“Apa yang kau pegang itu?!” pekiknya lagi sambil merebut pisau lipatku dan melemparnya keluar.
“Sssttt.. jangan terlalu keras. Nanti dia terbangun.” Kataku sambil memandang In Ri.
“Kau!!! Kau ini kenapa? Hah?!” orang ini benar-benar. Kusuruh memelankan suara, dia malah berteriak makin keras dan menarik kerah bajuku.
“Hah! Dia itu milikku! Tak perlu ikut campur.” Kataku sambil meninju dan memutar tangannya membuatnya berteriak, aku tarik tubuhnya merunduk dan memukul punggunya dengan siku. Sekali pukulan dia sudah pingsan.
Aku melihat mereka berdua bergantian lalu menyeringai.
Tiba-tiba kepalaku terasa berat dan dadaku sesak. Sepertinya jantung dan paru-paruku tak mau bekerja. Membuatku merosot ke lantai. Pelan tapi pasti, aku merasakan lembar-lembar kertas hitam menutup mataku membuatnya semakin lama semakin kabur. Hingga benar-benar tak terlihat apa-apa.
*************************************
Author POV
Taemin merasa sedikit demi sediki cahaya menerobos kelopak matanya yang tertutup. Ia mengerang pelan dan tersadar dari pingsannya. Bau ruangan lembat ini membuatnya ingat sesuatu.
“Rrrgghh..” Taemin mengereang ketika berusaha bangkit dari tempat tidurnya.
Ia tidak melihat siapapun berada dikamarnya, ruangan itu kosong. Telinganya mendengar dua orang berbicara di balik pintu kamar rumah sakitnya. Perlahan-lahan namun cukup untuk ia mengerti.
“Jangan khawatir dia akan segera sadar.” Kata seseorang dengan suara yang terdengar cerdas
“Baiklah.” Kali ini kata Taesun.
“Tapi dokter, kali ini dia akan terbangun dalam keadaan...” Taesun tidak ingin melanjutkan kalimatnya.
“Kami belum bisa memastikan, tapi mungkin benturan dikepalanya akan membuat sedikit perkembangan.” Kata dokter sedikit ragu.
“Baiklah..” kata Taesun pasrah kemudian terdengar suara  langkah kaki dokter itu menjauh.
Tak berapa lama kemudian, terdengar Taesun masuk ke kamar Taemin. Taesun sedikit terkejut namun berusaha menguasai ekspresinya ketika melihat Taemin duduk lemas dipinggir ranjang sambil menundukkan kepala.
“Taemin kau sudah bangun?” tanya Taesun mendekati adiknya itu
“Maafkan aku.” Kataku Taemin menatap Taesun dengan mata berkaca-kaca
“Tak apa, itu bukan salahmu.” jawabnya
“Bagaimana keadaan In Ri?” tanya Taemin perlahan karena takut mendengar jawabannya
“Dia sudah baikan, setelah dokter mengobati lukanya, dia boleh langsung pulang.” Kata Taesun disusul dengan hembusan nafas lega Taemin.
“Kau jangan khawatir, dia tidak marah padamu.” kata Taesun.
“Aku tau.” Kata Taemin
“Dia menitipkan ini untukmu kalau kau bangun nanti.” Katanya sambil menyodorkan ampol berpita kecil pada Taemin.
Aku tau dia tidak akan marah,,
Dan itu membuatku marah pada diriku sendiri..
******************************************
Taemin POV
Aku meraih amplop itu dan membacanya. Isinya singkat saja, tidak sampai setengah lembar
“ Oppa, kau sudah sadar? Baguslah kalau begitu.
Kau tau? Kata temanku, seorang namja jatuh cinta pada seorang yeoja karena matanya dan seorang yeoja jatuh cinta pada namja karena hatinya.
Itu sebabnya, ketika tatapan matamu berubah menjadi menakutkan sekalipun aku tetap mencintaimu. Karena aku tau hatimu tak akan pernah berubah. Benarkan?
Jangan tersenyum membacanya, aku jadi malu.
Baiklah. Aku mau pulang dulu, setelah itu akan menemanimu dirumak sakit agar Oppa cepat sembuh.
Jadi tunggu aku. ^^”
Aku tak kuat menahan senyum ketika membacanya. Bahkan aku tak menyadari kalau Taesun Hyung masih berada di sampingku.
“Yaa!! Kenapa kau tak memberitahuku sebelumnya tentang penyakitmu? Kau malah memberi tau In Ri lebih dulu.” Kata Taesun.
Aku selalu merasa bersalah mengingat tentang penyakitku. Menyadari kalau aku sering sekali menyakiti orang-orang yang kucintai.  Seolah megingatkanku pada dosa-dosaku, meski aku tau  Taesun Hyung tidak bermaksud begitu.
“Mianhae..”
“Eh? Aku tidak bermaksud begitu.” Kata Taesun dengan nada menyesal.
“Hyung, boleh aku pinjam ponselmu?”
Setelah menerima ponsel Taesun Hyung, aku segera mengetik ‘Balasan surat cintaku’ untuk In Ri.
“Kau tau kenapa aku hanya selalu, kau tau? ‘Kambuh’, jika aku ada didekatmu?
Mungkin ini seperti sebuah pembelaan diri, tapi ini benar-benar dari hatiku.
Bukan karena kau cantik, atau sebagainya.
Tapi kurasa, karena aku hanya akan kambuh jika bersama dengan orang yang membuatku nyaman untuk mengeluarkan diriku yang sebenarnya.
Jadi aku pikir, karena kau selalu membuatku nyaman,, aku hanya akan ‘Kambuh’ jika didekatmu.”
Aku berhenti mengetik dan mengirimkannya. Bisa ku bayangkan wajahnya akan tersenyum dan memerah ketika membaca pesan ini.
Senyumnya pasti akan mengembang
Dan pipinya akan bersemu merah..
**************************************
In Ri POV
Aku keluar dari apartement dan melihat kesamping jendela.
“Hujan?” tanyaku pada diri sendiri. Aku kembali masuk apartement dan mengambil sebuah payung, kemudian berjalan cepat keluar bangunan.
Aku berlari karena takut terkena percikan air hujan. Setelah sampai di halte bus, aku duduk dan menepuk-nepuk pundakku yang tetap terkena percikan hujan walau berlindung di bawah halte.
Dengan tidak sabar aku mengetuk-ketuk alat kakiku ke tanah, mengangkat tangan dan melihat jam.
“Kenapa busnya lama sekali?” tanyaku.
“Apakah terlambat karena hujan?” lagi-lagi aku bertanya pada diriku sendiri.
Aku pikir terlalu lama untuk menunggu bus, lebih baik aku segera sampai di rumah sakit, dan bertemu Taemin Oppa. Akhirnya aku memutuskan untuk berjalan menuju ke stasiun kereta api, mungkin aku akan lebih cepat sampai jika naik kereta api.
Ternyata tak banyak orang yang ingin berpergian di cuaca begini, hanya ada beberapa orang yang berada di stasiun itu bersamaku. Menunggu di sisi kiri stasiun, bersebrangan dengan pintu masuk dan keluar stasiun. *Anggap aja, rel kereta api Korea kayak yang di Indonesia, nggak punya membatas antara stasiun dan rel tapi dengan rute pendek kayak dikorea. Oke?!*
Bagi kebanyakan orang lebih baik duduk didepan televisi sambil memakan ramen. Tapi tidak untukku, aku yakin akan lebih bahagia jika segera sampai dirumah sakit.
Aku baru akan duduk ketika mendengar ponselku bergetar, sepertinya SMS. Nomor Taesun Oppa, tapi aku tau ini dari Taemin Oppa.
“Kau tau kenapa aku hanya selalu, kau tau? ‘Kambuh’, jika aku ada didekatmu?
Mungkin ini seperti sebuah pembelaan diri, tapi ini benar-benar dari hatiku.
Bukan karena kau cantik, atau sebagainya.
Tapi kurasa, karena aku hanya akan kambuh jika bersama dengan orang yang membuatku nyaman untuk mengeluarkan diriku yang sebenarnya.
Jadi aku pikir, karena kau selalu membuatku nyaman,. Jadi aku hanya akan ‘Kambuh’ jika didekatmu.”
Aku merasa pipiku menggelembung menahan senyum maluku.  Aku bahkan menutupi mukaku dengan ponsel. Setelah membaca pesan itu, aku jadi menyesal tidak membawakan namjachinguku itu makanan, atau buah. Apa lebih baik aku membelinya sekarang? Baiklah, aku akan membeli sesuatu untuk namjachinguku yang baik ini dulu.
Aku berjalan menyeberang melewati jalur kereta api,  dan masih terlalu  terharu untuk menyadari bahwa sebuah kereta api berjalan mendekat. Terlambat ketika teriakan orang-orang itu menyadarkanku, sudah terlambat. Kereta itu sudah terlalu dekat denganku.
Aku melihat ular besi itu berlari mendekat kearahku, hanya tinggal beberapa centimeter saja. namun ketika kereta itu menerobos tubuhku, aku tidak merasakan apapun. Seakan kereta itu melewatiku begitu saja. Hanya merasa sebuah aliran listrik kecil melewati peredaran darahku, dan semuanya terasa ringan. Kemudian aku melihat tubuhku sendiri terlempat begitu jauh.
Biarkan kenangan ini terbang
Bersama,,
Dengan puing-puing tubuhku yang kini berhamburan..
Akan kutinggalkan kenangan kita,
Namun tak akan kulupakan
Aku kutunggu kau untuk datang menemuiku
Dan membuat kisah yang baru
*********************************
Taemin POV
Aku hanya bisa menatap kosong keluar jendela kamar berinterior kuning itu. “Taemin, kau tidak ikut? Kami sudah mau berangkat” tanya seorang wanita berusia akhir duapuluh itu berujar lemas kepadaku, kemudian berjalan pergi.
Namun aku tetap diam tak bergerak. Kenapa di pergi secepat itu? dia tak memiliki kesempatan belum melihatku sembuh sepenuhnya. Bahkan kamar ini masih beraromakan tubuhnya, tergeletak bekas perban bekas darahnya, lantai ini masih penuh jejak kakinya, bahkan handuk setengah kering masih tergeletak disofa.
Aku meraih handuk pink itu perlahan. Melihat sehelai rambutnya yang terpisah dari jazadnya yang kini disemayamkan. Aku mengaitkan rambut itu di jariku dan mengikatnya pelan, mengeluarkan pisau lipat dari saku celanaku. Ketika melihat ujung pisau yang tajam, keinginanku semakin bulat untuk melakukannya.  Mengarahkan pisau itu di pergelangan tanganku, cukup tiga kali saja semuanya akan berakhir. Cukup tiga goresan, aku akan bertemu lagi dengannya.
tunggu aku,
aku akan segera menemuimu dan merangkai kisah kita bersama lagi..
kisah yang lebih baik,,
Satu,,
Dua,,
Tiga,, cairan merah pekat deras mengalir keluar dari sebuah urat nadiku yang putus.
Sesaat kemudian, sebuah cahaya silau mematikan menghampiriku, aku mengikutinya berharap In Ri menungguku diujung sana.
“Lihatlah, bodonya aku..
kini aku benar-benar mengejarmu yang meninggalkanku,
padahal dulu aku mendecis ketika kau memintanya..”
---------------------------------------------------------------------------
TUHAN,
Aku menyukai sekuntum bunga matahari
Dan katanya, aku adalah mataharinya
Tapi sekarang dia sudah pergi
Dia pernah bilang, dia bisa mati tanpaku
Jadi, bolehkah tuhan?
Jika aku pergi menyusulnya
Agar bisa merangkai kisah yang lebih indah
Aku benar-benar tidak ingin bunga matahariku itu mati
Aku benar-benar ingin selalu menemaninya
--------------------------------------------------------------
이태민 <3 박인리
03/11/2011 – 16.34

Double Mask For Double Face 2 -part2-


Author POV
In Ri berjalan melewati lorong-lorong panjang sambil menggenggam rangkaian bunga anzu, tidak seperti biasanya dia selalu membawa bunga matahari. Ya, musim panas sudah berakhir. Musim telah berganti, begitu juga bunga yang digenggam In Ri. Namun In Ri masih menyusuri lorong-lorong kosong itu setiap harinya.
Tangan In Ri sudah menggenggam gagang pintu ketika tubuhnya merosot, terduduk ditanah sambil memeluk lutut.
“Oppa, kapan kau kembali?”
Dia mengucap lirih ditengah tangisnya. Menggeletakkan bunga anzu di sampingnya.
“Kau tau, aku merindukanmu Oppa.”
“Kenapa kau tidur lama sekali?”
Dia mengusap matanya dengan punggung tangan dan meraih bunga anzu itu lagi. Berusaha bediri dan menyunggingkan senyum paling lebar yang dia bisa.
“.. hanya senyum lebar,,
Bukan berarti senyum yang penuh kebahagiaan..”
Terkadang senyum adalah lambang penderitaan dan kesedihan..
--------------------------------------
In Ri menggengam gagang pintu itu lagi dan seketika mengubah wajah sedihnya menjadi topeng yang selalu tersenyum.
“Hai, Oppa.” Kata In Ri berjalan duduk kesamping ranjang dan meletakkan bunga anzu di vas, menggantikan bunga matahari yang sudah layu.
“Maaf tidak membawakanmu bunga matahari,, tapi bunga anzu ini tidak kalah indah kan?” katanya lagi lalu mengusap telapak tangan Taemin dengan handuk basah.
“Tadi aku, Gae Shin, Na Dae, So La dan Yoo Seo berjalan-jalan, menonton film dan membeli banyak barang-barang. Benar-benar menyenangkan.” Kata In Ri menahan suaranya agar tidak terdengar bergetar.
“Oh, iya. Umma dan Appa-mu mengirim salam. Katanya mereka ingin kau segera sembuh!” kata In Ri lagi.
Begitu terus setiap harinya,,
Menyusuri lorong-lorong sambil membawa bunga, menangis kemudian memasang wajah bahagia, lalu menceritakan berbagai hal indah yang sebenarnya terasa tawar di hatinya.
Begitu terus setiap harinya,,
Memakai topeng.
*****************
Taemin POV
Aku dekatkan langkahku ketika In Ri masuk ke kamarku, ia mengganti bunga dalam vas dan mengelap telapak tanganku. Aku tau semuanya, karena aku melihatnya meski tidak bisa menyentuh dan berbicara dengannya. Aku juga melihatnya ketika dia menangis dibelakang pintu kamar tadi dan memaksakan senyumannya didepanku. Dan aku sedih melihatnya.
Kumohon..
Jangan hanya tersenyum jika didepanku
Sekali-kali cobalah untuk menangis jika itu dapat membuatmu lebih baik
Jangan hanya tersenyum dan berkata "Aku baik-baik saja" didepanku tapi menangis dibelakangku
Itu malah membuatku sedih,,
Sekali-kali cobalah menangis, mengeluh dan berkata "Kenapa semua jadi begini" padaku.
Agar aku bisa menghapus air matamu dan memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Bukan hanya senyum palsu...
Agar aku bisa menghapus air matamu dan memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Ketika aku sadar dan kembali nanti..
******************************
Author POV
 In Ri segera berlari menyusuri lorong-lorong itu lagi, namun kali ini dengan airmata bahagia. Ia segera datang kemari ketika dokter berkata bahwa Taemin sudah sadar. In Ri berhenti ketika seorang dokter keluar dari ruang perawatan Taemin.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” tanya In Ri tidak sabar
“Secara keseluruhan dia sudah baik-baik saja.” kata dokter melepas stetoskop dari telinganya
“Bisa saya jenguk sekarang?” tanya In Ri lagi.
“Tapi, kau harus siap dengan keadaannya, sepertinya dia...”
In Ri masuk ke kamar itu perlahan, hingga hanya menimbulkan decitan kecil pada pintu yang dibuka. In Ri masuk beberapa langkah, ia melihat Namjachingunya tidur dengan posisi miring. In Ri mengambil tempat duduk dan Taemin tetap memunggunginya tidak bergerak.
“Selamat datang kembali, Oppa.” Kata In Ri menahan tangis bahagianya
“Kenapa kau mengganti bunganya? Kau taukan aku suka bunga matahari.” Kata Taemin dingin tanpa menoleh.
In Ri hanya tersenyum menanggapi jawaban dingin namjachingunya. Ia sudah tau kalau akan jadi begini. Kata Dokter, pribadi yang ada dalam diri Lee Taemin sekarang adalah pribadi keduanya. Dan yang terpenting adalah, dokter tidak tau apakah kepribadian awalnya dapat kembali atau tidak.
-------------------------------------
In Ri sedang memandang ke jendela rumah sakit yang memancarkan cahaya matahari kecoklatan yang hendak terbenam. Sepertinya musim semi telah datang, berarti ini sudah 6 bulan sejak Taemin koma dan 3 bulan sejak Taemin sadar dan menjalani masa penyembuhan.
Kini mereka sudah bersiap untuk pulang, In Ri sudah mengemasi semua pakaian. Lee Taesun juga sepakat menjaga adiknya di apartement untuk beberapa saat hingga adiknya itu benar-benar pulih. Yang dimaksud ‘benar-benar pulih’ adalah pulih dari luka kecelakaan bukan dari penyakit lamanya. Karena jelas-jelas dia belum mengetahui kalau adiknya adalah penderita Alter Ego.
In Ri mendengar pintu kamar mandi dibuka, pertanda Taemin telah selesai berganti baju. In Ri tidak bergerak, berharap Taemin akan berdiri disampingnya memandangi matahari sore. Tapi tidak, beberapa saat kemudian, ia merasakan tangannya dicengkeram erat dan ditarik kasar oleh Taemin. Ia terus menarik tangan In Ri ke koridor-koridor dengan langkah cepat, membuat In Ri tertatih-tatih mengikuti langkahnya.
“...aku tau, harapanku tadi terlalu berlebihan..”
*************************
In Ri POV
Aku hanya terus berusaha mengikuti langkahnya, hingga kami berdua masuk dalam lift.
“Aku akan memberimu kesempatan untuk pergi.” Kata Taemin.
“Ha?” tanyaku.
Taemin memencet beberapa tombol lalu menjawab pertanyaanku. “Aku tidak memaksamu untuk selalu disampingku. Jadi jika kau mau pergi, pergi sekarang atau aku akan mengikatmu selalu disampingku.”
Lift mengeluarkan suara pertanda bersiap untuk menuju ke lantai bawah.
“Aku akan mulai menghitung sampai lima.” Kata Taemin dengan nada memperingatkanku.
“Satu”
Apa-apaan namja disampingku ini?
“Dua”
Hah? Apa dia mau mengetesku?
“Tiga”
Baiklah kalau begitu.
“Empat”
Aku melangkahkan satu kakiku untuk keluar dari lift.
“Lima.” Kurasakan tangannya melingkar di pergelangan tanganku sehingga aku terhindar dari pintu lift yang menutup dengan cepat. Ia kemudian menarikku dalam pelukannya dan mendorongku semakin dekat.
“Waktumu habis. Sekarang kau harus selalu bersamaku.” Katanya dingin disamping kepalaku.
Sedangkan aku hanya tersenyum di atas pundaknya.
“Meski tatapannya dingin,,
Aku masih bisa merasakan kehangatan dipelukannya..”
--------------------------------------------------
Apakah ini rumahku?” tanya Taemin begitu memasuki rumahnya.
“Tentu saja, sekarang duduklah. Aku sudah menyiapkan makanan.” Kata seorang pemuda keluar dari dapur dengan celemek di badannya.
“Aku ke kamar dulu.” Kata Taemin begitu saja melewati Taesun Oppa.
Aku memandang pemuda yang terlihat kecewa karena sikap adiknya itu. “Oppa harus sabar ya? dia masih memiliki sedikit cedera di kepalanya. Tak perlu khawatir, pasti akan segera sembuh.”
“Eh? Rupanya kau perhatian sekali, In Ri. Baiklah! Aku akan jaga dia demi kau.”
**************************************
Tae Min POV
Begitu masuk kamar ini, aku langsung menuju kamar mandi yang terlihat aneh. Aku merasa ada yang salah disini. Aku tidak asing dengan tempat ini, tapi tidak bisa ingat tempat ini. Orang-orang itu juga, hanya gadis itu yang aku tau namanya, itupun karena dia selalu mengunjungiku selama tiga bulan dirumah sakit.
Siapa aku? Dimana aku? Apa yang terjadi? Aku tidak berhasil menemukan jawabannya dan semua ini membuatku marah. Aku seperti dibuang dari duniaku dan terjebak dalam dunia lainnya. Ini menyebalkan! Apakah dunia ini berusaha mempermainkanku?! Hah!! Aku terus mengumpat dalam hati, hingga aku mendengar pintu kamarku diketuk dan seseorang masuk.
Aku buka sedikit pintu kamar mandi dan melihat In Ri sedang memandangi beberapa foto di meja kecil samping ranjangku. Apakah itu benar ranjangku? Hah!! Dunia ini membuatku terlihat bodoh! Aku seperti dijebak. Dan aku tidak suka!!
Pernahkah kau merasa terjepit.
Seakan dunia ini mempermainkanmu. Seakan semua pintu keluar tertutup untukmu
Dalam satu situasi,, Kau tidak bisa keluar dan tidak mau masuk.
Jika itu yang terjadi, Cobalah untuk masuk dulu.
Mungkin dalam ruangan itu, kau akan menemukan pintu-pintu keluar yang lain.
Kata-kata itu mendorongku, hingga sekarang aku sudah berada di sampingnya. Duduk disebuah sofa menghadap jendela.
“Siapa kau?” itu kalimat yang langsung muncul begitu aku melihat sinar matanya.
“Oppa tidak kenal aku, tapi hafal pada sinar mataku. Ya kan?” jawabnya
Aku mendekatkan wajahku pada wajahnya dan menempelkan bibir kami. Saat masih berciuman ada sesuatu yang berkelebat di mataku, entah kenapa membuatku sedikit menggigitnya.
Aku hentikan perlakuanku dan menjauhkan diri, bertanya padanya “Apakah ini sudah benar? Apakah aku sudah berada ditempat yang benar?” tanyaku.
“Kenapa?” tanyanya.
“Aku pikir kau yang paling tau dan paling bisa memberi penjelasan. Aku benar-benar bingung.” Kataku.
“Oppa, kau cukup pegang tanganku, dan ikuti aku. Maka semuanya akan baik-baik saja.” katanya meyakinkan.
Aku melihat sinar matanya lagi dan melihat ketulusan disana. Hah?! Bodoh! Aku sendiri tidak tau apa itu ketulusan.
Aku dekatkan lagi bibirku padanya. Menciumnya sekilas namun berkali-kali.
“Dunia ini seakan menjebakku,,
Dan membuatku terlihat bodoh.”
*********************************

Double Mask For Double Face 2 -part1-


Author : Park In Ri (again.. gag bosen apa baca FF dari ini author?)
Casting : Royal Couple,, Park In Ri & Lee Taemin (ngalah-ngalahin Kate Middleton sama Prince William!!!)
Genre : Romance, Sadlystic, pokoknya gag Yaoi!! Tidak ada yang seperti itu! karena saya benci budaya 2min!! Jealous ma Minho!! *Nah lo? Kok curhat?!
Rating : Kalo part 1-nya adalah PG-16 yang ini PG-16,5 (tebak yang kayak gimana itu?!)
Note : Merasa terbang diangan ketika ada beberapa orang bilang yang Double Mask For Double Face 1 bagus, adalah sebuah keputusan besar membuat sekuelnya *text pidato mode : On. Perasaan saya mengatakan yang ke-2 ini nggak lebih bagus dari yang pertama. Tapi,, ya dicoba dulu lah!

DOUBLE MASK FOR DOUBLE FACE –SERI 2-
Aku sudah bilang bukan?
Aku suka semua yang ada pada dirimu...
Belum? Kalau begitu sebagai gantinya, akan ku katakan 1000 kali setiap harinya,,
------------------------------------------------
Aku adalah bunga matahari
Sedangkan kau adalah matahari
Matahari yang bersinar dan menyilaukan
Dan aku hanya sekuntum bunga matahari yang harus selalu melihatmu untuk bertahan hidup
Meski sinarmu membuatku sakit aku harus tetap melihatmu agar bisa bernafas
Namun apakah kau mengenalku?
Aku yang selalu melihatmu
Aku yang hanya sekuntum bunga diantara berjuta makhluk yang melihat dan menyanjungmu
Meski kau bahkan tak tau aku ada
Aku akan terus melihatmu
Karena bunga matahari ditakdirkan hanya untuk melihat ke matahari
************************************
In Ri POV
“Kau yakin sudah semuanya?” tanya Taemin memeriksa lagi barang bawaanku.
“Iya! Ayo cepat, nanti aku terlambat.” Kataku. Mobil kamipun berjalan.
Hari ini aku harus menghadiri study tour, dan aku meminta Taemin untuk mengantarku. Kulihat namja berambut kuning almond disampingku itu.
“Arrgghhh.” Katanya menggeram membuatku sontak menengok. Kulihat tangannya bergetar dan keringat dinginnya bercucuran.
“Perlu aku gantikan menyetir.” Tanyaku perlahan lalu dibalas dengan gelengan kecilnya.
Keadaannya sudah jauh lebih baik dari beberapa bulan lalu saat ia membuat 19 bekas jahitan di pahaku. Ia sudah bisa merasakan jika penyakitnya akan kambuh, dan sedikit demi sedikit bisa mengontrolnya.
Kami melewati perjalanan dalam diam, hanya menyisakan suara nafasnya yang naik turun menahan amarah. Sesekali aku memegang lengannya mengingatkan bahwa aku ada disini. Kamipun sampai ditempat yang aku tuju, namun begitu turun aku malah ragu bisa meninggalkannya mengemudi sendirian atau tidak.
“Oppa yakin bisa pulang?” tanyaku.
“Hmm.” Katanya tertahan.
“Hati-hati.” Kataku memandangnya.
“Ne.” Katanya sambil mencium keningku lalu masuk kedalam mobil dan pergi.
Aku tatap jalanan yang bahkan sudah tidak menampakkan mobilnya dengan pandangan khawatir hingga ada seseorang menepuk pundakku.
“Ayo masuk.” Kata Yoo Seo mengajakku.
“Emm.. Yoo Seo, bisa kau izinkan aku ke pada Kang Seongsangnim? Aku harus kembali kerumah karena ada urusan, jika sudah selesai aku akan segera kemari. Oke?” kataku tanpa membiarkannya menyela dan segera berlari menuju halte bus terdekat.
Perlu waktu 10 menit untuk menemukan bus ditempat seperti ini. Aku menaiki bus pertama yang entah bertujuan kemana, yang penting aku bisa segera menyusulnya.
Author POV
In Ri sedang berdesakan di dalam busnya ketika bus itu tiba-tiba berhenti, membuatnya harus lebih menyeimbangkan diri. In Ri melihat ke sisi kanan jalan yang merupakan jurang curam dengan bebatuan tajam. Bus kembali berjalan, menyisir hiruk-pikuk orang yang sedang berdiri di tepi jurang.
Telah terjadi sebuah kecelakaan disana. Sekarang Tim SAR sedang berusaha mengangkat mobil yang terperosok kejurang itu. Tepat ketika mobil itu berhasil diangkat, bus In Ri melewatinya. Mobil yang sangat dihafal In Ri, bahkan baru 15 menit lalu ia ada dalam mobil itu. Dengan kap mobil yang sudah tidak berbentuk dan penuh dengan goresan batu-batu jurang yang tajam.
-----------------------------------
Sudah 3 jam In Ri duduk memeluk tasnya tak bergerak di depan sebuah pintu putih yang besar, menunggu seseorang keluar dan memberinya penjelasan. Bagi In Ri tentu saja ini adalah saat yang sulit, saat dikeluarkan dari mobilnya keadaan Taemin tidak menunjukan luka luar yang parah, namun dalam perjalanan ke mari dia memuntahkan darah, menggambarkan luka dalamnya yang mengenaskan. In Ri sudah menghubungi keluarga Taemin, mungkin besok mereka akan sampai.
Ingin sekali ia masuk dan menemani Taemin disaat seperti ini, ia ingin menjadi hantu dan menembus tembok itu sekarang, tapi jelas itu tidak bisa. Sekarang ia tidak tau harus berbuat apa, menangis? Tidak. Dia terlalu bingung bahkan hanya untuk menangis, terlalu sedih bahkan air mata tak sanggup menggambarkannya. Menangis dalam hati. Itu kedengarannya lebih menyakitkan.
..Kau,,
Kau begitu dekat,
Namun untuk melihatmu saja aku tidak bisa..
*****************************************
Taemin POV
Disini,,
Menyilaukan.. cahaya ini menyakitkan..
Tiba-tiba terdapat sebuah layar besar yang menampilkan film-film kehidupanku..
Semuanya berputar begitu cepat,
Orang-orang yang hidup dalam kehidupanku,,
Memberikan berbagai warna dalam hidupku..
Semuanya masuk dalam anganku, menampilkan kenangan-kenangan manis,,
Membuatku tidak ingin terbangun..
Hingga aku ingat padamu,,
Aku ingat harus mengatakan sesuatu padamu..
Aku harus bangun,,
Karena aku belum sempat mengatakan,
“..Maaf, karena mencintaimu..”
*************************************
In Ri POV
Lega dan juga sedih ketika dokter mengatakan Taemin koma. Lega karena itu berarti aku masih bisa melihatnya lagi, dan sedih karena aku bisa melihatnya tanpa cahaya matanya. Aku menyiapkan beberapa bunga dan menyemprotkan aroma terapi kesukaannya kedalam ruang perawatannya. Aku ingin dia merasa nyaman di kamar perawatannya meskipun dia tidak mengetahuinya, tapi aku yakin dia merasakannya.
---------------------------------------------------------
Aku sedang mengusap dahinya yang berpeluh ketika pintu kamarnya terketuk. Muncul seorang wanita paruh baya dan juga pria yang rambutnya mulai memutih juga seorang namja berusia 23 tahunan. Aku bangkit dari kursiku dan memberi hormat pada mereka.
Wanita paruh baya itu langsung mengahampiri ranjang Taemin dan memeluk anak laki-lakinya itu erat.
“In Ri, bagaimana keadaannya?” tanya Ayah Taemin.
“Dokter meminta Omonim untuk menemuinya.” Kataku sambil melihat Ibu Taemin yang masih menangis disamping tubuh anaknya.
Aku hanya bisa berdiri di belakang mereka semua. Ini bukan pertemuan yang indah bagi sebuah keluarga yang sangat jarang bertemu. Tak berapa lama kemudian Ibu Taemin menghampiriku dan mengajakku menemui dokter.
“Beberapa tulang rusuknya patah, tapi kami sudah mengatasinya. Yang paling penting sekarang adalah menunggunya sadar, baru kita bisa memastikan apakah dia baik-baik saja.” kata Dokter begitu Ibu Taemin bertanya tentang keadaan anaknya.
“Lalu, kenapa sampai sekarang dia tak kunjung sadar?” tanya Ibu Taemin.
“Ini mungkin karena alam bawah sadar Taemin berbeda dengan yang lainnya. Penderita alter ego *red:kepribadian ganda* memiliki alam sadar yang sedikit berbeda, saat koma dua kepribadian itu akan bertarung merebutkan satu raga.” Kata dokter dengan nada prihatin.
“Itu berarti, ada kemungkinan dia sembuh?” kali ini aku yang bertanya.
“Ya, tapi juga kemungkinan dia terperangkap dalam pribadinya yang lain..” kata dokter itu dengan nada yang semakin merendah.
Begitu kami keluar dari ruang dokter, Ibu Taemin segera menarik tanganku dan memintaku duduk di cafetaria rumah sakit.
“In Ri-aa,” katanya memanggilku pelan.
“Ne, Omonim.” Kataku pelan.
“Terima kasih, sudah menjaga Taemin hingga sekarang.” Katanya sambil memelintir tissue yang mengusap matanya.
“Aniyo, Omonim. Aku senang melakukaknnya.” Kataku
“Sebelum kecelakaan itu, apakah Taemin sedang kambuh?” tanyanya tersendat karena ragu akan dapat menerima jawaban sebenarnya.
“Omonim tenanglah semuanya akan baik-baik saja, Taemin Oppa pasti bisa melewatinya.” Kataku.
Aku tidak yakin ucapanku itu berguna,,
karena sesungguhnya perasaanku juga tidak karuan.
********************************

Other Information

Ikuti Terus Blog ini ya...
Oiya,, bagi para pengikut,, Add FB aku juga ya.. di Indriyanti Agutina Putri dan my twitter @2096park