Halaman Yang Ada Di Blog-ku

Sabtu, 31 Desember 2011

Half Life


Author: Park In Ri
Casting: Han Sang Hwa, Lee Jin Ki
Genre: Dream(?), Romance, Horror(?)
Rating: PG-15
Lenght: One Shoot
******************************************
Half Life
******************************************
Author POV
Sore itu, bunyi sirene melengking memecah suara berjuta-juta air yang turun ke bumi. Seorang Yeoja pengidap Sirosis baru saja ambruk dan sedang mempertaruhkan nyawanya di ambulance itu.
“Sang Hwa... Hiks, hiks, Sang Hwa! Bertahanlah! Jebal..” kata Ji Woo sudah hampir menangis melihat chingunya yang terbaring lemah.
“Ehm, iya Tante. Kami sedang membawanya ke Rumah Sakit biasanya. Iya. Baik, Tante.” Kata Seorang Yeoja lagi yang bernama Dong Ae sedang berbicara panik di ponselnya.
Ambulance itu melaju makin cepat menembus air hujan yang begitu deras membentuk tirai. Seseorang didalam sana sedang berusaha sekuat tenaga mempertahannkan nyawanya. Dia, dia adalah orang diantara banyak orang yang memilik keinginan hidup yang sangat besar.
“Demi apapun, aku ingin tetap Hidup.”

-------------------------------------------------------------------
“Kami harus segera melakukan operasi pencangkokan hati sekarang.” Kata seseorang dengan jubah putihnya yang panjang.
“Tapi, bukankah kita sudah menjadwalkan operasinya sebulan lagi dokter?” tanya Seorang laki-laki yang sedari tadi sibuk menenangkan seorang perempuan yang terus terisak.
“Kerusakan hatinya berkembang semakin parah. Kita tidak bisa menunggu selama itu.” kata Dokter.
Isakan perempuan yang duduk dikursi itu terdengar semakin besar. Seraya memanggil nama anaknya dengar Lirih.
“Sang Hwa.. Sang Hwa anakku..” katanya.
Laki-laki itu melihat istrinya sebentar lalu mengambil nafasnya dalam-dalam.
“Baiklah Dokter, saya akan segera menghubungi calon pendonornya. Lakukan sekarang.” Kata laki-laki itu serius.
--------------------------------------------------------------------

“Kami sudah mempersiapkan ruang operasinya, dan kami akan segera melakukan pembiusan.” Kata Dokter yang sama dengan dokter kemarin.
“Baiklah.” Kata Han Yun Ho, Ayah Sang Hwa.
“Jakkaman, dokter.” Kata Ibu Sang Hwa menghentikan langkah dokter.
“Boleh saya menemui Yong Hwa?” tanyanya.
“Tentu, silahkan.” Kata dokter.
Ibu Sang Hwa segera masuk ke ruang yang ditunjukkan dokter. Melihat putra pertamanya yang baru pulang dari luar negeri harus segera bersiap-siap menjalani operasi pencangkokan hati.
“Yong Hwa.” Kata Ibunya lirih.
“Ne, Eomma.” Kata pemuda itu tersenyum berusaha tidak menunjukkan rasa takutnya.
“Yong Hwa, terimakasih telah membantu Sang Hwa.” Kata Ibunya.
“Eomma, Gwaenchana. Sang Hwa itu adikku, sudah seharusnya aku melakukan ini.” Kata Yong Hwa menatap lurus ke mata Ibunya.
“Kau bahkan harus cuti kuliah untuk melakukan cangkok hati.” Kata Eomma.
“Eomma. Uljimayo.” Kata Yong Hwa berusaha menenangkan Ibunya.
“Berjanjilah kau akan baik-baik saja.” kata Ibu sambil memegang pundak putranya.
“Ne, Eomma. Aku janji.” Kata Yong Hwa.
Tak berapa lama kemudian, Ranjang Sang Hwa dan juga Yong Hwa telah berada di dalam ruang Operasi. Seluruh keluarga menunggu dengan panik di luar, mereka semua spontan menoleh ketika melihat lampu merah di atas pintu ruang operasi menyala. Pertanda operasi telah dimulai.
------------------------------------------------------------


Sang Hwa POV
Disini, tercium bau yang sangat harum
menenangkan,,
menggodaku untuk terus tertidur..
“Sang Hwa.. Sang Hwa.. Ireona.” Suara seseorang itu menggangguku. Dari suaranya, dia pasti seorang Namja.
“Sang Hwa.. Ireona.” Katanya lagi. Suara ini sangat lembut, hingga membuatku tanpa sengaja membuka mata. Penasaran kepada pemiliknya.
Ketika aku membuka mata, yang tampak adalah seorang laki-laki yang mungkin usianya sama denganku. Mengenakan bajunya yang putih, tampak seperti seorang malaikat dengan senyum ramah menghiasi deretan giginya yang rapi ditambah rambut cokelat mudanya.
“Sang Hwa.. sudah bangun?” tanya kemudian merangkul tanganku, membimbingku bangun.
“Nugu? Eodiga?” tanyaku ketika aku menyadari aku sedang tertidur di sebuah kursi yang ada di sebuah taman yang sangat luas, dihiasi dengan bunga-bunga dan pohon rindang yang condong menghadap sungai kecil yang airnya mengalir jernih ke muara danau.

“Aku? Panggil saja aku Jinki. Kau suka tempat ini?” tanyanya.
Aku menyernyitkan dahiku, berusaha mengingat. Suara terakhir yang aku dengar adalah lengkingan ambulance dan jeritan panik dari Ji Woo. Cahaya terakhir yang aku lihat adalah cahaya dari layar proyektor Lab Biologi. Kemudian aku merasakan sakit laluu,, aku ada disini.. apakah.. apakah.. apakah ini..
“Kau tidak perlu takut, ini bukanlah Surga atau semacamnya. Dan kau tenang saja, kau masih hidup.” Kata pemuda yang mengaku bernama Jinki itu, tepat ketika aku sedang menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
“Ooohh..” kataku. Hanya itu yang bisa aku katakan.
“Kau suka tempat ini?” tanyanya lagi.
Aku segera memandang sekitar lalu mengangguk. Tempat ini nyaman dan tenang.
“Hemm..” katanya tersenyum. “Sayang kau hanya bisa mengunjunginya sekali.” Katanya lagi.
“Jinki-ssi, kenapa disini?” tanyaku
“Menunggumu.” Katanya pelan sambil tersenyum lagi.
“Eh?” aku merasa sesuatu yang panas diwajahku. Apakah wajahku memerah? Secara tidak sengaja aku mengipaskan tanganku disekeliling wajah.
“Kau mau ikut aku?” tanya Jinki-ssi sambil menyodorkan tangannya padaku.
*****************************************


Jin Ki POV
Aku senang akhirnya dia datang,
Aku senang ketika aku bisa memegang tangannya
Dan aku senang ketika bisa berjalan disampingnya seperti sekarang.
Aku menjinjitkan kakiku untuk meraih buah apel yang merah matang dan memetiknya.
“Kau mau?” tanyaku menawarkan apel padanya.
Lalu dia mengangguk pelan dan menerimanya. Kemudian dengan malu-malu menggigitnya kecil. Kyeopta!
Waktunya tinggal beberapa jam lagi.
“Mmmm.. bagaimana keadaan Yong Hwa Hyung?” tanyaku berbasa-basi.
“Eh? Kau mengenal Yong Hwa Oppa? Mm.. dia sedang belajar di Amerika sekarang.” Katanya setelah mengunyah apelnya.
“Aaaa..” kataku mengangguk-angguk. Tentu saja dia tidak tau, kalau sekarang Yong Hwa sedang tertidur disampingnya.
“Jinki-ssi, kenapa kita, mmm.. maksudku ‘aku’ hanya bisa mengunjungi tempat ini sekali saja?” tanyanya.
“Karena aku menunggumu disini. Hahahaha...” kataku.
Aku melihat wajahnya yang bingung dengan jawabanku, kemudian aku mencoba mengkoreksi jawabanku.
“Sang Hwa-ga. Sebenarnya, tidak semua orang bisa mengunjungi tempat ini. Bisa mengunjunginya sekalii saja seumur hidup sudah merupakan suatu anugerah.” Kataku sambil mengangkat tanganku ingin membelai rambutnya namun aku urungkan.

“He?” katanya sambil menggigit apel dengan cukup besar.
“Ani. Hanya saja, hidup ini seperti sebuah puzzle. Namun bedanya, jika kau salah meletakkan potongan puzzle kau bisa melepaskan dan menggantinya dengan potongan yang lain. Tapi hidup ini tidak, sekali kau memutuskan sesuatu kau tidak bisa mengubahnya lagi. Sekali terjadi sesuatu, kau tidak bisa memutarnya lagi. Mengerti?” tanyaku.
Tapi beberapa saat kemudian aku melihat ekspresi wajahnya yang polos sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Molla.” Katanya innocent
“Haiiisshhh, ya sudah. Kau makan saja apelmu.” Kataku sedikit kesal.
Kulihat dia memanyunkan bibirnya. Kemudian dengan berbinar-binar menyodorkan apelnya padaku. “Oppa mau?” tanyanya.
Oppa? Dia memanggilku Oppa? Oh Tuhan, ini bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Ini bahkan jauh dari yang aku minta padamu Tuhan. Aku memandang apel yang dia sodorkan padaku dan wajahnya secara bergantian. Kemudian aku mendekatkan wajahku dan menggigit sedikit apelnya.
“Gumawo.” Kataku
“Ne, sama-sama.” Katanya kemudian menarik lagi apelnya dan menggigitnya dengan malu-malu.
*************************************


Sang Hwa POV
Aku mulai merasa
Kalau aku nyaman berada disini
Tempat ini menenangkan dan juga Jinki-ssi yang ada disampingku

“Kau mau duduk Sang Hwa?” tanya Jin Ki Oppa.
“Kajja.” Kataku kemudian berlari menuju pinggiran sungai yang tampak sangat jernih.
“Tidak apa-apa kita duduk disini? Nanti gaunmu kotor.” Kata Jinki Oppa.
“Eh?” kataku. Aku bahkan tidak menyadari kalau aku memakai gaun selutut yang berwarna putih. Sejak kapan aku memakainya?
“Gwaenchana, sepertinya disini nyaman.” Kataku kemudian duduk dipinggir sungai.
“Baiklah.” Kata Jinki Oppa menyusulku duduk disana.
Aku menurunkan kakiku terkena arus sungai yang membuat kakiku sedikit tertarik arus. Mengangkat kaki kiri dan kanan bergantian dan membiarkan bagian bawah gaun selututku basah oleh air. Aku menoleh ke Jinki Oppa yang baru saja memalingkan wajahnya dari ku.
Apa dia baru saja memandangku tadi? Haishh,, wajahku kembali memanas.
Aku melihat lagi kearahnya. Dia sedang mengayunkan kepalanya untuk untuk menyingkap rambut yang menutupi dahinya. Wajahnya tenang, sangat tenang, dan menenangkan.
Aku memainkan air di tanganku sebentar dan memercikkannya kewajah Jinki Oppa.

“Kekekeke..” aku tertawa melihatnya berusah menghindari percikan air dariku, tapi aku terus memercikinya.
“Ya! Sang Hwa!!” katanya berteriak jahil padaku.
“Kekekeke.. Jinki Oppa, hati-hati kau basah!” kataku menjahilinya.
“Ya! Baiklah, rasakan ini!” sekarang dia juga memercikiku dengan air.
Wajah tenangnya seakan hilang ketika tertawa. Berganti menjadi wajah yang tulus dan polos seperti seorang anak kecil, matanya yang kecil menjadi benar-benar hilang jika tertawa sepert itu.
Tidak terasa kami hampir basah karena terlalu asyik bermain air.
“Hahahah!! Oppa, berhenti! aku sudah basah! Hahaha!! Berhenti!” kataku sambil tertawa.
“Ya! Apa kau sudah mengaku kalah?” tanyanya.
“Baiklah, baiklah.. aku kalah.” Kataku menyerah.
Setelah kami berdua berhenti memercikan air kesatu sama lain. Kami berdua terdiam, terhanyut dalam pikiran masing-masing.
“Jinki Oppa..” kataku sambil menghadapkan muka kami berdua.
“Ne?” tanyanya.
“Apa Oppa tidak bosan sendirian disini?” tanyaku.
“Tidak. Karena aku tau, kau akan datang. Karena aku menunggumu.” Kata Jinki Oppa sukses membuat mukaku bersemu merah lagi.
************************************


Jin Ki POV
“Sang Hwa..” kataku ketika kita berdua sudah mulai diam lagi.
“Ne?” tanyanya.
“Kau haus?” tanyaku.
“Eung.” Balasnya.
“Kemari!” ajakku sambil menuju ke muara sungai kemudian duduk berjongkok disana.
“Sini, duduk disini.” Kataku sambil menepuk-nepuk tempat disampingku.
Dia merapikan roknya dan ikut duduk berjongkok disampingku.
Aku segera meraih kedua tangannya. Aku merasakan dia ingin menarik tangannya lagi.
“Gwaenchana.” Kataku pada Sang Hwa.
Aku meraih tangannya lebih erat, dan menyetarakan kedua telapak tangannya membentuk mangkuk kemudian memasukkannya kedalam air dan melepaskan genggamanku.
Aku juga memasukkan tanganku dan mengambil sedikit air lalu segera meminumnya.

“Ahhh.. segar!” kataku padanya.
Aku lihat dia masih membiarkan air itu ditangannya. “Ayo coba! Ini sangat segar.” Kataku tapi dia masih diam.
“Ini air bersih, jangan khawatir.”kataku menyakinkannya, hingga dia mau meminum air di tangannya itu.
“Otte? Segar bukan?” tanyaku disusul anggukannya.
Sang Hwa mengusap sisa air dimulutnya lalu duduk di tepi sungai lagi dan aku mengikuti apa yang dilakukannya.
“Kau mau tidur dipundakku?” tanyaku padanya.
Tak lama kemudian aku merasakan dia menyandarkan kepalanya pada pundakku. Rasanya penantianku selama belasan tahun ini terbayar sudah.
“Jinki Oppa..” panggilnya
“Ne..” jawabku mendengar dia memanggil namaku
“Gumawo..” katanya.
“Bukan, bukan kau yang harusnya berterimakasih, tapi aku. Gumawo,,” balasku
“Hheemm.” Aku bisa merasakan dia tersenyum.
Hening beberapa saat membuatku mengenang apa yang aku lakukan bersamanya hari ini. Ini sudah cukup meski hanya beberapa jam, ini sudah cukup. Ini sudah bisa membayar penantianku.
Astaga! Waktunya tinggal beberapa menit lagi.
“Sang Hwa..” kataku
“Mm..” balasnya
“Kau sudah tidur?” tanyaku
“Ani..” katanya.

“Ma’af, telah menghilangkan potongan puzzlemu yang hilang.” Kataku
“Eh?” balasnya berusaha bangun dari sandaran pundakku tapi aku mencegahnya.
“Aku berjanji, aku berjanji akan mengembalikannya.” Kataku.
“Oppa, apa yang kau katakan? Puzzle apa?” tanyanya lagi.
“Mulai sekarang, hiduplah dengan bahagia. Jangan pernah salah meletakkan potongan puzzle hidupmu.” Kataku.
“Karena aku akan tetap melihatmu dari sini, jadi yang ingin aku lihat darimu hanyalah kebahagiaan.” Kataku.
“Hmmmm.” Sang Hwa hanya bergumam, sudah tidur rupanya.
Aku menoleh pada kepalanya yang masih bersandar pada pundakku. Memutar pelan kepalaku, dan mengecup pelan keningnya. Chup
“Saranghaeyo, Sang Hwa. Saranghayo Yeongwonhi.” Kataku.
Waktunya sudah habis.
Aku memejamkan mataku, tidak tahan melihat kepergiaannya. Perlahan-lahan aku merasakan kepalanya yang bersandar dipundakku makin hilang dan akhirnya lenyap.
********************************


Sang Hwa POV
Operasi Pencangkokan hati itu sudah berlalu hampir tiga minggu yang lalu. Begitupula dengan pertemuan dengan Jinki Oppa. Pertama kali, aku merasa kecewa karena pertemuan itu hanyalah mimpi yang sangat panjang. Tapi aku percaya, aku memang pernah mengalami itu, aku memang pernah mengunjunginya, tempat yang hanya bisa dikunjungi satu kali seumur hidup.
Kenangan-kenangan tentang pertemuan itu selalu memudar setiap harinya. Maka dari itu aku selalu berusaha keras untuk mengingatnya, menulis setiap detailnya.
“Sang Hwa, kau baik-baik saja?” tanya seseorang di depan pintu.
“Ne, Eonni. Apakah Eonni baru dari kamar Yong Hwa Oppa? Bagaimana keadaannya?” Kataku.
“Iya, dia baik-baik saja. Lebih baik darimu malah.” Katanya menggoda untuk segera sembuh.
Dia adalah Lee Young Ki, Eonni manis teman dekat Oppa ku.  Dulunya kami pernah bertetangga sebelum aku sekeluarga pindah, tapi mereka bertemu lagi ketika universitas dan berteman baik hingga sekarang.
“Eonni, aku mau ke kamar mandi dulu.” kataku
“Ne. Hati-hati.” Katanya.
Aku berjalan ke kamar mandi dengan perlahan, aku hanya akan mencuci muka. Setelah mencuci muka aku malah terhayut memandangi bayanganku dalam cermin.
Aku berjalan keluar sambil memasukkan tangaku kedalam saku piyama rumah sakit. Tiba-tiba tanganku menyentuh sesuatu yang sedikit keras. Aku mengeluarkannya dari sakuku, dan memandanginya sebentar.
Sebuah potongan Puzzle. Aku pernah mengenal Puzzle ini.

Flashback~~
“Jinki Oppa! Pokoknya, Oppa harus mencari potongan puzzle ku!” kataku
“Ma’af, Sang Hwa! Aku janji aku akan mencarinya!” balasnya
“Kau harus mengemukannya!!” kataku sambil memanyunkan bibir manja dan pergi dari rumahnya.
“Ya,, aku janji.” Katanya lirih.
End Flashback~~

“Puzzle,,”
“Jinki,,”
“Lee Jin Ki!”
Berkelebat dalam pikiranku tentang seorang teman lama yang sudah tidak pernah aku temui lagi. Lee Jin Ki, aku sudah lama tidak mendengar kabarnya. Bukankah.. bukankah...
Aku segera berjalan cepat keluar dari kamar mandi dan menghampiri Young Ki Eonni.
“Eonni..” kataku
“Ne, Sang Hwa?” balasnya
“Apa Eonni punya seorang adik?” tanyaku.
“Kenapa kamu tiba-tiba bertanya begitu?” tanyanya sedikit kaget dengan pertanyaanku sampai-sampai menjatuhkan sekuntum bunga yang akan dijadikannya buket.
“Punya?” tanyaku terus mendesak Young Ki Eonni.
“Ya.. tapi sudah meninggal belasan tahun lalu.” Katanya
Dadaku sesak mendengar jawaban Young Ki Eonni, takut menerka-nerka kemungkin yang ada.
“Ma’af. Tapi, siapa namanya, Eonni?” tanyaku pelan.
“Jin Ki.. Lee Jin Ki. Kau juga pernah mengenalnya.” Kata Young Ki Eonni
Aku diam, mendengar jawaban Young Ki Eonni. Tanganku masih berada di dalam saku piyama, terus memegang potongan puzzle.

“Ya, aku memang pernah mengenalnya.”
“Bahkan kami baru bertemu beberapa minggu yang lalu.”
“Jin Ki-ssi..Ani, Jin Ki Oppa..”
“Terimakasih, terimakasih banyak..”
************************************

“Sama-sama Sang Hwa.”
“Teruslah bahagia, teruslah tersenyum.”
“Aku harap aku terus melihatmu tersenyum.”
“Selalu tersenyum.”







*FIN*
Huft, ini FF jadi dalam waktu kurang dari 6 jam, jadi maklum kalo hasilnya mengecewakan. Sebenernya udah lama ada ide buat bikin ini cerita, tapi tiba-tiba dapet anugerah –virus males saya ilang-, dan langsung saya tulis dan terhanyut ide sampe selesai. jadi, lahirlah FF ini.

31-12-2011 / 19.31
H-1, 1 day before 01-02-2012
-Home- Menunggu sendirian di malam tahun baru..
Park In Ri

Selasa, 27 Desember 2011

My Feel For U

Tuhan.. bisakah katakan padanya??


"Tolong kau yang disana
yang aku harapkan

tolong menyingkirlah dari pandanganku
tolong kau yang disana
yang aku rindu
tolong menyingkirlah dari pendengaranku
tolong kau yang disana
yang aku cintai
tolong menyingkirkan dari hidupku"
...
...
sejenak aku ingin berkata begitu,,
tapi
...
...
tiba-tiba aku mengkhawatirkanmu,,
"Kau, apa kau baik-baik saja?
Apa kau sehat?
Kau makan dengan baik kan? Aku tau kau tidak bisa melakukan apapun jika perutmu lapar.
Kau, jangan makan pedas, berminyak atau dingin juga panas berlebihan, nanti kau bisa terkena radang tenggorokan.
Kau, apa kau istirahat dengan baik? Tidurlah dengan cukup, meski aku tau kau memiliki syndrome tertentu tetaplah coba untuk tidur.."
...
24 des : A Lot Of Message
25 des : No One
25 des : A Lot Of Mesage
27 des : No One
Apakah ini sebuah pola?
...
aku menjadi sentimentil dengan warna biru sekarang, jadi ketika aku membuka account facebook-kuyang memang ber-background biru aku teringat padamu,
aku menjadi kesal karena selalu ada namamu di chat box-ku tapi tak pernah ada titik hijau disampingnya,
aku menjadi resah ketika melihat nomormu di handphoneku yang bahkan belum aku simpan hingga sekarang karena aku tidak tau harus menamakannya apa,
bahkan ketika melihat apapun yang tidak berhubungan denganmu, aku tetap mengingatmu,
aku bisa menjadi gila jika begini terus,,
...
kau percaya?
ketika aku mencoba menyelesaikan karanganku
yang muncul adalah kamu yang menasihatiku
membuat feel ku dengan tokoh utama pria hilang
tergantikan olehmu yang semakin mendesakku untuk menghilangkannya
...
Setiap pagi, yang ku nantikan adalah
SMSmu di hari kemarin yang tidak terkirim padaku karena kesalahan Operator, seperti beberapa hati lalu

Setiap siang, yang aku nantikan adalah
update statusmu di Account Facebook-mu, seperti beberapa minggu yang lalu

Setiap sore, yang aku nantikan adalah
pertanyaanmu yang menanyakan kabarku, seperti kemarin

Setiap malam, yang aku nantikan adalah
menanyakan apakah aku sudah tidur atau belum, seperi kemarin lusa

...
Kau bisa tiba-tiba menghilang dan mengulurku,,
namun,
kau bisa tiba-tiba muncul dan menarikku..
...
kita,
seberapa dekatpun kita,
kita tidak akan bisa bersatu,
karena cinta yang tidak tercapai tetap dinamakan cinta..
tetap dinamakan cinta,
meskipun ktia hanya sama-sama tau perasaan kita,
tapi ini semua tidak bisa lebih
tidak bisa ada hubungan yang mengikat kita sekarang..

Minggu, 04 Desember 2011

Beautiful My Boy


Author: Park In Ri
Casting: Cha Eun Soo, Kang Jae Hee, Han Hwa Young
Genre: Romance Comedy
Rating: PG-14
Length: One Shoot
Note: alkisah, sang author terinspirasi dari seorang (ato lebih tepatnya dua orang) teman, jadi tanpa sepengetahuan mereka saya buat deh perjalanan hidup mereka sebagai FF, jangan khawatir Cuma di-improve dikit kok! *Plak!!* OKE-OKE, saya ngaku. Saya improve banyak,,, ^^”


BEAUTIFUL MY BOY
Cinta itu buta,
Buta itu mata,
Mata itu bulat,
Bulat itu telur,
Telur itu BUSUK!! *GeJe.. abaikan!
*******************************
Eun Soo POV
Aku eratkan lagi ikatan handuk mandiku lalu berjalan ke kamar. Tergantung satu stel seragam baruku yang sudah di setrika begitu licin oleh Eomma. Segera aku pakai baju kebanggaanku itu dan mematut diriku sendiri di depan cermin.
“Hah! Kenapa semua orang bilang aku cantik? Aku kan tampan!” kataku sambil mengoles gel dirambutku.
Ku atur rambutku agar naik keatas, tapi kenapa aku malah jadi seperti landak? Ah! Siapa peduli dengan potongan rambut seperti ini? Sudah tidak zaman. GANTI!
Ku arahkan poni rambutku kesamping, seperti style harajuku yang sedang nge-trend.  Ahh!! Wajahku seperti tinggal setengah. Bukan, ini bukan wajahku yang terlalu kecil tapi rambutku yang sudah terlalu panjang. Baiklah, GANTI!
Sepertinya sudah lebih dari satu jam aku menggonta-ganti gaya rambut. Mulai dari style punk, hingga rambut orang kantoran yang lengket dan berminyak. Tapi tidak ada yang cocok!
“Arrrrrgggghhh!!!!” karena kesal aku berteriak sambil mengacak-acak rambutku. “Huhuhuu...” aku mulai menangis. Ya, aku benar-benar menangis..
“Eun Soo? Ada apa?” tanya Eomma yang tiba-tiba muncul dari pintu.
“Eomma!!!” kataku berlari menghampirinya. Namun kuurungkan niatku untuk memeluknya. Aku kan namja yang sudah dewasa, tidak boleh bersikap manja begitu.
“Sini, biar Eomma betulkan rambutmu.” Kata Eomma padaku.
“Yang bagus ya? ini kan hari pertamaku masuk SMA.” Kataku pada Eomma yang sudah mulai mengotak-atik rambutku.
Tidak sampai 5 menit, rambutku sudah rapi. Dengan poni di dahi yang sangat manis, cocok dengan wajahku yang tampan!
“Ini bekal untukmu. Didalamnya ada cake strowberry dan susu vanilla manis, jangan lupa diminum.” Katanya sambil menyodorkan kotak bekal padaku.
“Baiklah! Aku berangkat!” kataku.
“Tunggu kau mau berangkat naik apa?” tanya Eomma.
“Eh? Iya. Sepedaku kan sedang diperbaiki. Aku bisa naik bus.” Kataku sedikit ragu. Jujur aku tidak terbiasa naik kendaraan umum seperti itu.
“Tadi, Eomma mendapat telfon dari Eommanya Jae He. Katanya dia akan mengantarmu.” Kata Eomma.
“Eh? Ya.. baiklah.” Kataku pelan. Apa aku harus berangkat bersama Jae Hee Hyung?
****************************
Jae Hee POV
“Pagi, Omonim.” Kata ku ramah setelah sampai di depan rumah Eun Soo
“Eh, iya Jae Hee. Masuk saja.” kata Eomma Eun Soo.
Tak berapa lama menunggu, Eun Soo keluar dengan seragam lengkap. “Kita berangkat sekarang?” tanyaku padanya
“Eung.” Katanya pelan sambil mengikuti langkahku menuju motor.
Aku bisa merasakan dia sedikit ragu ketika akan naik motorku. “Aku janji tidak akan ngebut.” Kataku kemudian merasakan dia naik ke motorku. Kamipun segera melaju ke sekolah kami yang baru tapi tidak lupa aku tidak mengemudikannya dengan cepat. Bisa-bisa namja di belakangku ini melompat.
“Sampai.” Kataku pelan.
“Terimakasih, Hyung.” Katanya.
“Tidak masalah. Oh iya, aku dengar kita sekelas ya? ayo berjalan bersama.” Kataku.
Di dalam kelas ternyata sudah banyak teman-teman yang sudah datang.
“Emm.. kau mau duduk denganku?” tanyaku lagi padanya.
“Tidak perlu.” Katanya.
Bagaimanapun juga, aku tidak bisa berhenti khawatir terhadapnya. Untuk ukuran seorang namja, tinggi badan dan tubuhnya termasuk kecil. Sifatnya juga halus. Aku merasa perlu melindunginya.
JDUUKK!!!
Nah kan, baru beberapa detik aku melepaskan pandanganku darinya, dia sudah jatuh terjerembab di didepan kursi. Aku segera mendatanginya dan mengulurkan tangan padanya.
“Lebih baik kau duduk denganku.” Kataku.
****************************************
Eun Soo POV
“Yaa!! Kotak yang ada didepan kalian itu adalah kotak makan siang kalian. Kalian harus menghabiskannya! Dan tidak boleh mencari makanan diluar!!” teriak seorang sunbae pembimbingku panjang.
“Setiap kotak berisi menu yang berbeda!” kata Sunbae Yeoja menambahkan
Aku buka kotak makananku perlahan. Berharap yang muncul seperti bekal yang dibuatkan Eomma tadi pagi.
SIALLLLL!!!!! Kenapa isinya salad buah?? Baru dari baunya saja, sudah terasa masam!! Hidupku yang berwarna ini bisa hancur jika makanan terkutuk itu masuk mulutku. Aku lirik makanan Jae Hee hyung, KYAAAA!!!!! Cake strawberry,, MAU!!
“Kau mau ini?” tanyanya begitu melihat aku melirik makanannya.
“Tidak, namja sepertiku tidak suka makanan seperti itu.” kataku sangat-sangat berbohong. “Aku keluar dulu, mencuci tangan.” Kataku bergegas pergi.
Ketika aku berbalik dan bersiap memakan salad buah sialan itu, aku sedikit terkejut. Isi kotak makananku itu berubah menjadi sepotong cake strawberry yang lezat.
“Makanlah itu! aku tidak suka.” Katanya tanpa menengok kewajahku yang entah kenapa memerah.
Aku segera memakan cake itu tanpa basa-basi. Emmm.. Yummy!!!
-----------------------------------------
“Ya!!! siapa yang merasa punya benda tajam ini?!” tanya seorang Sunbae marah ketika menggeledah tas milik Kami semua.
Sedangkan aku dan teman-teman yang sedang menunggu diluar ketika penggeledahan segera menengok kekanan dan kiri diikuti bisik-bisik dari para yeoja.
“Yaaa!!! Yang memiliki gunting ini mengaku!” kata seorang Hobae lagi sambil menunjukkan gunting berwarna hijau dengan garis pinggir hitam.
Aku sangat terkejut, kenapa gunting itu bisa ada disini?! Itu adalah gunting milikku, bahkan terdapat inisialku di gunting itu, sudah kabur namun aku masih mengenalinya, C-E-S. Yang artinya Cha Eun Soo. Aku meremas-remas tanganku karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
“Eotteokke?!?!” teriakku dalam hati.
“Ma’af sunbae, itu milikku. Aku lupa tidak mengeluarkannya kemarin.”
Suara itu membuatku segera menoleh ke tempat berasal. Mataku semakin melebar ketika melihat Jae Hee hyung mengangkat tangannya, mengakui kalau gunting itu miliknya.
“Baiklah! Kau harus kami hukum. Buat sebuah karya seni 3 dimensi, dan harus dikumpulkan besok.” Kata seorang Sunbae keluar dari kelas dan membolehkan kami masuk.
“Ne.” Kata Jae Hee hyung
***************************************************
Jae Hee POV
“Aku sudah bilang kan, kau tak perlu membantu, aku bisa melakukannya sendiri.” Kataku sambil membukakan pintu rumahku pada namja cantik ini.
“Andweyo, hyung terkena masalah karena aku.  Jadi aku memang harus membantu. Sekarang apa yang harus aku lakukan?” tanyanya sambil duduk diantara tumpukan koran yang akan aku gunakan membuat vas.
“Kau campur saja sobekan koran itu dengan lem. Nanti aku yang mencetaknya.” Balasku
“Ne.” Katanya segera melakukan yang aku pinta.
Udara ditepi kolam renang rumahku saat itu sedang dingin, aku lihat tubuh kecilnya yang hanya ditutupi piyama tipis. Kemudian masuk kedalam rumah mengambil selimut dan dua cangkir cokelat panas.
“Ini, minum dulu baru kerja lagi, kau bisa kedinginan nanti.” Kataku yang dibalas senyuman darinya kemudian meraih cokelat panas itu.
Kami menyeruput cokelat panas itu bersamaaan membuat uap hangat berhembus keluar dari mulut.
“Terima kasih, Hyung.” Kata Eun Soo. “Untuk tadi siang.” Lanjutnya
“Sama-sama.” Balasku singkat kemudian kami berdua terhanyut menikmati cokelat panas masing-masing.
“Kita berteman?” kataku memecah keheningan sambil mengulurkan jari kelingkingku yang terjulur kedepan wajahnya.
“Ne?” tanyanya dengan wajah polos. Cantik.
Aku hanya membalasnya dengan senyum membuatnya bergantian melihat kelingking dan wajahku kemudian tersenyum dan mengaitkan kelingkingnya pada kelingkingku.
“Ne. Chingu yaa..” katanya menyesap cokelas panas terakhirnya.
---------------------------------------------------
“Eun Soo-ah, bisa kau ambilkan kayu itu? kita perlu mengukir sesuatu disini.” Kataku namun tidak mendapatkan respon.
“Eun Soo-a..”kata-kataku terputus ketika melihatnya sudah tertidur mengelangkupkan wajahnya pada meja.
“Hahhh.. jadi dari tadi aku berbicara dengan Pangeran Tidur yang Cantik?” kataku membetulkan letak selimutnya dan kembali menyelesaikan pekerjaanku.
******************************************
Author POV
“Ya!! Ppali, hyung!!” teriak Eun Soo di depan pintu rumah Jae Hee yang tertutup.
“Kau ini tidak bisa bersabar ya?!” terdengar suara dari dalam rumah tak lama kemudian Jae Hee keluar dengan menenteng tas di tangan kanan, sepatu di tangan kiri dan mulut yang menjepit roti isi.
“Aku menunggu lama sekali tau,” kata Eun Soo mengeluarkan nada manjanya.
“Aku bahkan belum sempat sarapan, kau mau menyuapiku ha?!” kata Jae Hee sambil mengenakan sepatunya.
“Ma’af..” kata Eun Soo kali ini dengan nada memelas.
“Lihat-lihat, beberapa menit yang lalu kau hampir meruntuhkan pintu rumahku, lalu kau bersikap manja dan sekarang kau seperti anak anjing yang kehujanan.” Kata Jae Hee kali ini mengenakan tasnya.
“Ayo kita berangkat.” Kata Jae Hee lagi sambil mengacak-acak rambut Eun Soo.
“Ya! Eomma-ku susah-susah merapikannya tau!” kata Eun Soo naik ke boncengan motor Jae Hee.
“Hah dasar kau ini, rambut saja masih dirapikan oleh Eomma-mu!” kata Jae Hee
Eun Soo hanya membalasnya dengan memanyunkan bibir.
“Hari ini pelajarannya menyebalkan, bagaimana kalau ktia bolos saja, Hyung?” kata Eun Soo ketika mereka sudah memasuki gerbang sekolah.
“Ya!! Rupanya namdongsaeng-ku ini sudah mulai nakal ya?! Andwe! Bisa-bisa Eomma-mu marah nanti.” Kata Jae Hee.
-----------------------------
Jae Hee sedang membantu Eun Soo yang mendapatkan giliran maju kedepan, ketika seseorang masuk kedalam kelas.
“Ya! Eun Soo-ah! Itu bukan angka dua, tapi lima!” bisik Jae Hee tak bersuara kepada Eun Soo yang ada didepan.
“Eun Soo-ah. Kau duduk dulu, ada sebuah pengumuman.” Kata Yang seongsangnim.
Setelah Eun Soo duduk, masuklah seorang Yeoja yang wajahnya asing kedalam kelas.
“Yeorobuen, ini adalah Han Hwa Young, teman baru kalian dia pindahan dari Daegu.” Kata Yang seongsangnim di ikuti dengan bungkukan badan dari yeoja itu.
“Annyeong Haseyo, Hwa Young imnida, bangapseumnida.” Kata Yeoja itu lembut.
“Kau bisa duduk disana” kata Seongsangnim sambil menunjuk tempat duduk kosong di depan Jae Hee.
Yeoja itu menunduk dengan sopan dan berjalan ketempat yang ditunjuk.
“Annyeong Haseyo, Hwa Young imnida.” Kata Yeoja itu kepada Eun Soo dan Jae Hee setelah duduk dibangkunya.
“Yeppeo..” bisik Eun Soo di telinga Jae Hee yang dibalas dengan senyum kecut Jae Hee.
*************************************
Eun Soo POV
“Hyung..hhh..hh..!!!!” teriakku sambil berlari menuju Jae Hee hyung yang sedang membeli sesuatu di kantin.
“Kau berisik sekali, ada apa?” tanya Jae Hee.
Aku menyeret Jae Hee Hyung ketempat yang sepi kemudian menceritakan hal yang membuatku berteriak tadi.
“Hhh.. Aku berhasil mendapatkan hhh... nomor Hwa Young!” kata sambil mengatur nafas yang masih terputus-putus.
“Baguslah.” Kata Jae Hee hyung singkat.
“Menurumu, haruskah aku mengirim SMS atau aku menelfonnya?” tanyaku lagi sambil meremas-remas ponselku. Pertanda kalau aku gugup.
“Terserah aku saja.” Balas Jae Hee Hyung lagi, kenapa dia hanya berbicara singkat-singkat sih?!
“Lebih baik aku mengirimnya SMS nanti.” Kataku lagi.
“Eun Soo-ah,, apakah kau menyukai Hwa Young?” pertanyaan Jae Hee hyung benar-benar tidak aku perkirakan.
Apakah aku menyukai Hwa Young? Pertama kali aku merasa namanya lucu, Hwa Young artinya adalah bencana yang berharga. Namun sepertinya Hwa Young benar-benar bencana yang berharga bagiku. Sebuah perasaan yang membuatku terus gugup dan berdebar-debar, namun sangat berharga sehingga tidak ingin melepaskannya.
“Eh? Emm.. Molla. Aku hanya merasa, kalau aku akan baik-baik saja selama melihatnya tersenyum. Ya, kurang lebih begitu.” Kataku sambil menopangkan dagu.
“Berarti kau mencintainya.” Kata Jae Hee hyung memelankan suaranya.
“Emm,, ya mungkin.” Kataku.
************************************
Jae Hee POV
“Hyung!!!!” teriak Eun Soo di depan rumahku.
“Eun Soo, untuk apa kau kemari hujan-hujan begini? Kau jadi basah kuyup.” Kata ku langsung melemparkan handuk padanya.
“Hyung!! Kau tau, Hwa Young membalas pesanku!” katanya dengan mata berbinar-binar.
Dia kesini hanya untuk bicara itu? sepertinya, Eun Soo benar-benar mencintai Hwa Young.
“Benarkah? Itu bagus sekali.” Kataku
“Lalu, aku harus bagaimana?” tanyaku.
“Apalagi kalau tidak mengajaknya keluar.” Kataku
“Berkencan?” tanya Eun Soo lagi.
“Iya!!” balasku.
“Baiklah, aku akan mengajaknya. Terima kasih, Hyung. Kau memang yang terbaik!” katanya.
Entah kenapa, seperti ada sebuah samurai menancap di dadaku, membuatku sakit dan sesak.
------------------------------------------
“Hyung!  Ayo kita makan siang, jangan belajar terus.” Kata Eun Soo sambil menutup buku-ku dengan paksa.
“Eh? Kau harusnya mengajak Hwa Young makan denganmu.” Jawabku sambil kembali membukan buku tulisku dan kembali menuliskan sesuatu disana.
“Harus kah?” tanyanya dengan nada polos.
“Tentu saja. Sana pergilah ajak dia.” Kataku.
“Baiklah! Ddaa, hyung. Jangan lupa, hyung juga harus makan siang.” Katanya sambil pergi mengajak Hwa Young.
Tak berapa lama, aku lihat Hwa Young dan Eun Soo berjalan bersama menuju ke kantin. Eun Soo merangkul pundak Hwa Young dan mereka berbicara dengan akrab.
Aku pun melanjutkan lagi apa yang aku tulis tadi..

“Ya..mungkin aku adalah pelabuhan rapuhmu,
Ketika kau lelah dan tersakiti, datanglah padaku dan aku akan merawatmu..
Merawat dan mengangkatmu
Hingga saatnya kau bertemu dengan kebahagiaanmu
Mungkin inilah saatnya aku melepaskanmu, kau sudah bisa terbang sendiri sekarang. Jadi terbanglah sendiri dan raihlah kebahagiaanmu..
Aku akan mendukungmu disini, dengan segenap rasa bahagia dan sakitku.
Kebahagianku adalah melihatmu meraih kebahagiaanmu, dan mungkin rasa sakitku adalah karena tak bisa memilikimu.
Kang Jae Hee.”
***************************************
Orang bilang, tidak ada rahasia yang tidak akan diketahui orang lain.
Orang bilang, tidak ada rahasia yang tidak akan terbongkar..
Namun aku ingin memiliki sebuah rahasia,,
Rahasia yang tidak akan diketahui orang lain, yang tidak akan pernah terbongkar sampai kapanpun.
Rahasia kalau aku mencintaimu,,
Cha Eun Soo.


THE END

1. Kyaa!!! author lupa kalo ngejanji-in PG-14 buat reader, ma'aph.. author kelupaan,, Mianhae, jeongmhal mianhae.. kapan-kapan aja ya?!
okeee.. terimakasih udah baca.. ^^
semoga menimbulkan kesan yagn baik dan tidak ada dendam diantara kita,, apalagi pihak-pihak yang bersangkutan.. ^^V
Ini cuma Imajinasi author kok. 100% fiksii...

 2. saya baru nyadar kalo ini bukan FanFiction (cz, nggak ada tokoh idolanya), berati ini namanya Karangan Bebas

Other Information

Ikuti Terus Blog ini ya...
Oiya,, bagi para pengikut,, Add FB aku juga ya.. di Indriyanti Agutina Putri dan my twitter @2096park