Halaman Yang Ada Di Blog-ku

Sabtu, 05 November 2011

Double Mask For Double Face 2 -part2-


Author POV
In Ri berjalan melewati lorong-lorong panjang sambil menggenggam rangkaian bunga anzu, tidak seperti biasanya dia selalu membawa bunga matahari. Ya, musim panas sudah berakhir. Musim telah berganti, begitu juga bunga yang digenggam In Ri. Namun In Ri masih menyusuri lorong-lorong kosong itu setiap harinya.
Tangan In Ri sudah menggenggam gagang pintu ketika tubuhnya merosot, terduduk ditanah sambil memeluk lutut.
“Oppa, kapan kau kembali?”
Dia mengucap lirih ditengah tangisnya. Menggeletakkan bunga anzu di sampingnya.
“Kau tau, aku merindukanmu Oppa.”
“Kenapa kau tidur lama sekali?”
Dia mengusap matanya dengan punggung tangan dan meraih bunga anzu itu lagi. Berusaha bediri dan menyunggingkan senyum paling lebar yang dia bisa.
“.. hanya senyum lebar,,
Bukan berarti senyum yang penuh kebahagiaan..”
Terkadang senyum adalah lambang penderitaan dan kesedihan..
--------------------------------------
In Ri menggengam gagang pintu itu lagi dan seketika mengubah wajah sedihnya menjadi topeng yang selalu tersenyum.
“Hai, Oppa.” Kata In Ri berjalan duduk kesamping ranjang dan meletakkan bunga anzu di vas, menggantikan bunga matahari yang sudah layu.
“Maaf tidak membawakanmu bunga matahari,, tapi bunga anzu ini tidak kalah indah kan?” katanya lagi lalu mengusap telapak tangan Taemin dengan handuk basah.
“Tadi aku, Gae Shin, Na Dae, So La dan Yoo Seo berjalan-jalan, menonton film dan membeli banyak barang-barang. Benar-benar menyenangkan.” Kata In Ri menahan suaranya agar tidak terdengar bergetar.
“Oh, iya. Umma dan Appa-mu mengirim salam. Katanya mereka ingin kau segera sembuh!” kata In Ri lagi.
Begitu terus setiap harinya,,
Menyusuri lorong-lorong sambil membawa bunga, menangis kemudian memasang wajah bahagia, lalu menceritakan berbagai hal indah yang sebenarnya terasa tawar di hatinya.
Begitu terus setiap harinya,,
Memakai topeng.
*****************
Taemin POV
Aku dekatkan langkahku ketika In Ri masuk ke kamarku, ia mengganti bunga dalam vas dan mengelap telapak tanganku. Aku tau semuanya, karena aku melihatnya meski tidak bisa menyentuh dan berbicara dengannya. Aku juga melihatnya ketika dia menangis dibelakang pintu kamar tadi dan memaksakan senyumannya didepanku. Dan aku sedih melihatnya.
Kumohon..
Jangan hanya tersenyum jika didepanku
Sekali-kali cobalah untuk menangis jika itu dapat membuatmu lebih baik
Jangan hanya tersenyum dan berkata "Aku baik-baik saja" didepanku tapi menangis dibelakangku
Itu malah membuatku sedih,,
Sekali-kali cobalah menangis, mengeluh dan berkata "Kenapa semua jadi begini" padaku.
Agar aku bisa menghapus air matamu dan memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Bukan hanya senyum palsu...
Agar aku bisa menghapus air matamu dan memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Ketika aku sadar dan kembali nanti..
******************************
Author POV
 In Ri segera berlari menyusuri lorong-lorong itu lagi, namun kali ini dengan airmata bahagia. Ia segera datang kemari ketika dokter berkata bahwa Taemin sudah sadar. In Ri berhenti ketika seorang dokter keluar dari ruang perawatan Taemin.
“Dokter, bagaimana keadaannya?” tanya In Ri tidak sabar
“Secara keseluruhan dia sudah baik-baik saja.” kata dokter melepas stetoskop dari telinganya
“Bisa saya jenguk sekarang?” tanya In Ri lagi.
“Tapi, kau harus siap dengan keadaannya, sepertinya dia...”
In Ri masuk ke kamar itu perlahan, hingga hanya menimbulkan decitan kecil pada pintu yang dibuka. In Ri masuk beberapa langkah, ia melihat Namjachingunya tidur dengan posisi miring. In Ri mengambil tempat duduk dan Taemin tetap memunggunginya tidak bergerak.
“Selamat datang kembali, Oppa.” Kata In Ri menahan tangis bahagianya
“Kenapa kau mengganti bunganya? Kau taukan aku suka bunga matahari.” Kata Taemin dingin tanpa menoleh.
In Ri hanya tersenyum menanggapi jawaban dingin namjachingunya. Ia sudah tau kalau akan jadi begini. Kata Dokter, pribadi yang ada dalam diri Lee Taemin sekarang adalah pribadi keduanya. Dan yang terpenting adalah, dokter tidak tau apakah kepribadian awalnya dapat kembali atau tidak.
-------------------------------------
In Ri sedang memandang ke jendela rumah sakit yang memancarkan cahaya matahari kecoklatan yang hendak terbenam. Sepertinya musim semi telah datang, berarti ini sudah 6 bulan sejak Taemin koma dan 3 bulan sejak Taemin sadar dan menjalani masa penyembuhan.
Kini mereka sudah bersiap untuk pulang, In Ri sudah mengemasi semua pakaian. Lee Taesun juga sepakat menjaga adiknya di apartement untuk beberapa saat hingga adiknya itu benar-benar pulih. Yang dimaksud ‘benar-benar pulih’ adalah pulih dari luka kecelakaan bukan dari penyakit lamanya. Karena jelas-jelas dia belum mengetahui kalau adiknya adalah penderita Alter Ego.
In Ri mendengar pintu kamar mandi dibuka, pertanda Taemin telah selesai berganti baju. In Ri tidak bergerak, berharap Taemin akan berdiri disampingnya memandangi matahari sore. Tapi tidak, beberapa saat kemudian, ia merasakan tangannya dicengkeram erat dan ditarik kasar oleh Taemin. Ia terus menarik tangan In Ri ke koridor-koridor dengan langkah cepat, membuat In Ri tertatih-tatih mengikuti langkahnya.
“...aku tau, harapanku tadi terlalu berlebihan..”
*************************
In Ri POV
Aku hanya terus berusaha mengikuti langkahnya, hingga kami berdua masuk dalam lift.
“Aku akan memberimu kesempatan untuk pergi.” Kata Taemin.
“Ha?” tanyaku.
Taemin memencet beberapa tombol lalu menjawab pertanyaanku. “Aku tidak memaksamu untuk selalu disampingku. Jadi jika kau mau pergi, pergi sekarang atau aku akan mengikatmu selalu disampingku.”
Lift mengeluarkan suara pertanda bersiap untuk menuju ke lantai bawah.
“Aku akan mulai menghitung sampai lima.” Kata Taemin dengan nada memperingatkanku.
“Satu”
Apa-apaan namja disampingku ini?
“Dua”
Hah? Apa dia mau mengetesku?
“Tiga”
Baiklah kalau begitu.
“Empat”
Aku melangkahkan satu kakiku untuk keluar dari lift.
“Lima.” Kurasakan tangannya melingkar di pergelangan tanganku sehingga aku terhindar dari pintu lift yang menutup dengan cepat. Ia kemudian menarikku dalam pelukannya dan mendorongku semakin dekat.
“Waktumu habis. Sekarang kau harus selalu bersamaku.” Katanya dingin disamping kepalaku.
Sedangkan aku hanya tersenyum di atas pundaknya.
“Meski tatapannya dingin,,
Aku masih bisa merasakan kehangatan dipelukannya..”
--------------------------------------------------
Apakah ini rumahku?” tanya Taemin begitu memasuki rumahnya.
“Tentu saja, sekarang duduklah. Aku sudah menyiapkan makanan.” Kata seorang pemuda keluar dari dapur dengan celemek di badannya.
“Aku ke kamar dulu.” Kata Taemin begitu saja melewati Taesun Oppa.
Aku memandang pemuda yang terlihat kecewa karena sikap adiknya itu. “Oppa harus sabar ya? dia masih memiliki sedikit cedera di kepalanya. Tak perlu khawatir, pasti akan segera sembuh.”
“Eh? Rupanya kau perhatian sekali, In Ri. Baiklah! Aku akan jaga dia demi kau.”
**************************************
Tae Min POV
Begitu masuk kamar ini, aku langsung menuju kamar mandi yang terlihat aneh. Aku merasa ada yang salah disini. Aku tidak asing dengan tempat ini, tapi tidak bisa ingat tempat ini. Orang-orang itu juga, hanya gadis itu yang aku tau namanya, itupun karena dia selalu mengunjungiku selama tiga bulan dirumah sakit.
Siapa aku? Dimana aku? Apa yang terjadi? Aku tidak berhasil menemukan jawabannya dan semua ini membuatku marah. Aku seperti dibuang dari duniaku dan terjebak dalam dunia lainnya. Ini menyebalkan! Apakah dunia ini berusaha mempermainkanku?! Hah!! Aku terus mengumpat dalam hati, hingga aku mendengar pintu kamarku diketuk dan seseorang masuk.
Aku buka sedikit pintu kamar mandi dan melihat In Ri sedang memandangi beberapa foto di meja kecil samping ranjangku. Apakah itu benar ranjangku? Hah!! Dunia ini membuatku terlihat bodoh! Aku seperti dijebak. Dan aku tidak suka!!
Pernahkah kau merasa terjepit.
Seakan dunia ini mempermainkanmu. Seakan semua pintu keluar tertutup untukmu
Dalam satu situasi,, Kau tidak bisa keluar dan tidak mau masuk.
Jika itu yang terjadi, Cobalah untuk masuk dulu.
Mungkin dalam ruangan itu, kau akan menemukan pintu-pintu keluar yang lain.
Kata-kata itu mendorongku, hingga sekarang aku sudah berada di sampingnya. Duduk disebuah sofa menghadap jendela.
“Siapa kau?” itu kalimat yang langsung muncul begitu aku melihat sinar matanya.
“Oppa tidak kenal aku, tapi hafal pada sinar mataku. Ya kan?” jawabnya
Aku mendekatkan wajahku pada wajahnya dan menempelkan bibir kami. Saat masih berciuman ada sesuatu yang berkelebat di mataku, entah kenapa membuatku sedikit menggigitnya.
Aku hentikan perlakuanku dan menjauhkan diri, bertanya padanya “Apakah ini sudah benar? Apakah aku sudah berada ditempat yang benar?” tanyaku.
“Kenapa?” tanyanya.
“Aku pikir kau yang paling tau dan paling bisa memberi penjelasan. Aku benar-benar bingung.” Kataku.
“Oppa, kau cukup pegang tanganku, dan ikuti aku. Maka semuanya akan baik-baik saja.” katanya meyakinkan.
Aku melihat sinar matanya lagi dan melihat ketulusan disana. Hah?! Bodoh! Aku sendiri tidak tau apa itu ketulusan.
Aku dekatkan lagi bibirku padanya. Menciumnya sekilas namun berkali-kali.
“Dunia ini seakan menjebakku,,
Dan membuatku terlihat bodoh.”
*********************************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Other Information

Ikuti Terus Blog ini ya...
Oiya,, bagi para pengikut,, Add FB aku juga ya.. di Indriyanti Agutina Putri dan my twitter @2096park