Author POV
In
Ri berjalan melewati lorong-lorong panjang sambil menggenggam rangkaian bunga anzu,
tidak seperti biasanya dia selalu membawa bunga matahari. Ya, musim panas sudah
berakhir. Musim telah berganti, begitu juga bunga yang digenggam In Ri. Namun
In Ri masih menyusuri lorong-lorong kosong itu setiap harinya.
Tangan
In Ri sudah menggenggam gagang pintu ketika tubuhnya merosot, terduduk ditanah
sambil memeluk lutut.
“Oppa,
kapan kau kembali?”
Dia
mengucap lirih ditengah tangisnya. Menggeletakkan bunga anzu di sampingnya.
“Kau
tau, aku merindukanmu Oppa.”
“Kenapa
kau tidur lama sekali?”
Dia
mengusap matanya dengan punggung tangan dan meraih bunga anzu itu lagi.
Berusaha bediri dan menyunggingkan senyum paling lebar yang dia bisa.
“..
hanya senyum lebar,,
Bukan
berarti senyum yang penuh kebahagiaan..”
Terkadang
senyum adalah lambang penderitaan dan kesedihan..
--------------------------------------
In
Ri menggengam gagang pintu itu lagi dan seketika mengubah wajah sedihnya
menjadi topeng yang selalu tersenyum.
“Hai,
Oppa.” Kata In Ri berjalan duduk kesamping ranjang dan meletakkan bunga anzu di
vas, menggantikan bunga matahari yang sudah layu.
“Maaf
tidak membawakanmu bunga matahari,, tapi bunga anzu ini tidak kalah indah kan?”
katanya lagi lalu mengusap telapak tangan Taemin dengan handuk basah.
“Tadi
aku, Gae Shin, Na Dae, So La dan Yoo Seo berjalan-jalan, menonton film dan
membeli banyak barang-barang. Benar-benar menyenangkan.” Kata In Ri menahan
suaranya agar tidak terdengar bergetar.
“Oh,
iya. Umma dan Appa-mu mengirim salam. Katanya mereka ingin kau segera sembuh!”
kata In Ri lagi.
Begitu
terus setiap harinya,,
Menyusuri
lorong-lorong sambil membawa bunga, menangis kemudian memasang wajah bahagia,
lalu menceritakan berbagai hal indah yang sebenarnya terasa tawar di hatinya.
Begitu
terus setiap harinya,,
Memakai
topeng.
*****************
Taemin POV
Aku
dekatkan langkahku ketika In Ri masuk ke kamarku, ia mengganti bunga dalam vas
dan mengelap telapak tanganku. Aku tau semuanya, karena aku melihatnya meski
tidak bisa menyentuh dan berbicara dengannya. Aku juga melihatnya ketika dia
menangis dibelakang pintu kamar tadi dan memaksakan senyumannya didepanku. Dan
aku sedih melihatnya.
Kumohon..
Jangan hanya tersenyum jika didepanku
Sekali-kali cobalah untuk menangis jika itu
dapat membuatmu lebih baik
Jangan hanya tersenyum dan berkata "Aku
baik-baik saja" didepanku tapi menangis dibelakangku
Itu malah membuatku sedih,,
Sekali-kali cobalah menangis, mengeluh dan
berkata "Kenapa semua jadi begini" padaku.
Agar aku bisa menghapus air matamu dan
memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Bukan hanya senyum palsu...
Agar
aku bisa menghapus air matamu dan memberikan senyuman yang sebenarnya padamu
Ketika
aku sadar dan kembali nanti..
******************************
Author POV
In Ri segera berlari menyusuri lorong-lorong
itu lagi, namun kali ini dengan airmata bahagia. Ia segera datang kemari ketika
dokter berkata bahwa Taemin sudah sadar. In Ri berhenti ketika seorang dokter
keluar dari ruang perawatan Taemin.
“Dokter,
bagaimana keadaannya?” tanya In Ri tidak sabar
“Secara
keseluruhan dia sudah baik-baik saja.” kata dokter melepas stetoskop dari
telinganya
“Bisa
saya jenguk sekarang?” tanya In Ri lagi.
“Tapi,
kau harus siap dengan keadaannya, sepertinya dia...”
In
Ri masuk ke kamar itu perlahan, hingga hanya menimbulkan decitan kecil pada
pintu yang dibuka. In Ri masuk beberapa langkah, ia melihat Namjachingunya
tidur dengan posisi miring. In Ri mengambil tempat duduk dan Taemin tetap
memunggunginya tidak bergerak.
“Selamat
datang kembali, Oppa.” Kata In Ri menahan tangis bahagianya
“Kenapa
kau mengganti bunganya? Kau taukan aku suka bunga matahari.” Kata Taemin dingin
tanpa menoleh.
In
Ri hanya tersenyum menanggapi jawaban dingin namjachingunya. Ia sudah tau kalau
akan jadi begini. Kata Dokter, pribadi yang ada dalam diri Lee Taemin sekarang
adalah pribadi keduanya. Dan yang terpenting adalah, dokter tidak tau apakah
kepribadian awalnya dapat kembali atau tidak.
-------------------------------------
In
Ri sedang memandang ke jendela rumah sakit yang memancarkan cahaya matahari
kecoklatan yang hendak terbenam. Sepertinya musim semi telah datang, berarti
ini sudah 6 bulan sejak Taemin koma dan 3 bulan sejak Taemin sadar dan
menjalani masa penyembuhan.
Kini
mereka sudah bersiap untuk pulang, In Ri sudah mengemasi semua pakaian. Lee
Taesun juga sepakat menjaga adiknya di apartement untuk beberapa saat hingga
adiknya itu benar-benar pulih. Yang dimaksud ‘benar-benar pulih’ adalah pulih
dari luka kecelakaan bukan dari penyakit lamanya. Karena jelas-jelas dia belum
mengetahui kalau adiknya adalah penderita Alter Ego.
In
Ri mendengar pintu kamar mandi dibuka, pertanda Taemin telah selesai berganti
baju. In Ri tidak bergerak, berharap Taemin akan berdiri disampingnya
memandangi matahari sore. Tapi tidak, beberapa saat kemudian, ia merasakan
tangannya dicengkeram erat dan ditarik kasar oleh Taemin. Ia terus menarik
tangan In Ri ke koridor-koridor dengan langkah cepat, membuat In Ri
tertatih-tatih mengikuti langkahnya.
“...aku tau, harapanku tadi terlalu
berlebihan..”
*************************
In Ri POV
Aku
hanya terus berusaha mengikuti langkahnya, hingga kami berdua masuk dalam lift.
“Aku
akan memberimu kesempatan untuk pergi.” Kata Taemin.
“Ha?”
tanyaku.
Taemin
memencet beberapa tombol lalu menjawab pertanyaanku. “Aku tidak memaksamu untuk
selalu disampingku. Jadi jika kau mau pergi, pergi sekarang atau aku akan
mengikatmu selalu disampingku.”
Lift
mengeluarkan suara pertanda bersiap untuk menuju ke lantai bawah.
“Aku
akan mulai menghitung sampai lima.” Kata Taemin dengan nada memperingatkanku.
“Satu”
Apa-apaan namja disampingku ini?
“Dua”
Hah? Apa dia mau mengetesku?
“Tiga”
Baiklah kalau begitu.
“Empat”
Aku
melangkahkan satu kakiku untuk keluar dari lift.
“Lima.”
Kurasakan tangannya melingkar di pergelangan tanganku sehingga aku terhindar
dari pintu lift yang menutup dengan cepat. Ia kemudian menarikku dalam
pelukannya dan mendorongku semakin dekat.
“Waktumu
habis. Sekarang kau harus selalu bersamaku.” Katanya dingin disamping kepalaku.
Sedangkan
aku hanya tersenyum di atas pundaknya.
“Meski
tatapannya dingin,,
Aku
masih bisa merasakan kehangatan dipelukannya..”
--------------------------------------------------
“Apakah ini rumahku?” tanya Taemin
begitu memasuki rumahnya.
“Tentu
saja, sekarang duduklah. Aku sudah menyiapkan makanan.” Kata seorang pemuda
keluar dari dapur dengan celemek di badannya.
“Aku ke kamar dulu.” Kata Taemin begitu saja
melewati Taesun Oppa.
Aku memandang pemuda yang terlihat kecewa
karena sikap adiknya itu. “Oppa harus sabar ya? dia masih memiliki sedikit
cedera di kepalanya. Tak perlu khawatir, pasti akan segera sembuh.”
“Eh? Rupanya kau perhatian sekali, In Ri.
Baiklah! Aku akan jaga dia demi kau.”
**************************************
Tae
Min POV
Begitu masuk kamar ini, aku langsung menuju
kamar mandi yang terlihat aneh. Aku merasa ada yang salah disini. Aku tidak
asing dengan tempat ini, tapi tidak bisa ingat tempat ini. Orang-orang itu
juga, hanya gadis itu yang aku tau namanya, itupun karena dia selalu
mengunjungiku selama tiga bulan dirumah sakit.
Siapa aku? Dimana aku? Apa yang terjadi? Aku
tidak berhasil menemukan jawabannya dan semua ini membuatku marah. Aku seperti
dibuang dari duniaku dan terjebak dalam dunia lainnya. Ini menyebalkan! Apakah
dunia ini berusaha mempermainkanku?! Hah!! Aku terus mengumpat dalam hati,
hingga aku mendengar pintu kamarku diketuk dan seseorang masuk.
Aku buka sedikit pintu kamar mandi dan melihat
In Ri sedang memandangi beberapa foto di meja kecil samping ranjangku. Apakah
itu benar ranjangku? Hah!! Dunia ini membuatku terlihat bodoh! Aku seperti
dijebak. Dan aku tidak suka!!
Pernahkah
kau merasa terjepit.
Seakan
dunia ini mempermainkanmu. Seakan semua pintu keluar tertutup untukmu
Dalam
satu situasi,, Kau tidak bisa keluar dan tidak mau masuk.
Jika
itu yang terjadi, Cobalah untuk masuk dulu.
Mungkin
dalam ruangan itu, kau akan menemukan pintu-pintu keluar yang lain.
Kata-kata itu mendorongku, hingga sekarang aku
sudah berada di sampingnya. Duduk disebuah sofa menghadap jendela.
“Siapa kau?” itu kalimat yang langsung muncul
begitu aku melihat sinar matanya.
“Oppa tidak kenal aku, tapi hafal pada sinar
mataku. Ya kan?” jawabnya
Aku mendekatkan wajahku pada wajahnya dan
menempelkan bibir kami. Saat masih berciuman ada sesuatu yang berkelebat di
mataku, entah kenapa membuatku sedikit menggigitnya.
Aku hentikan perlakuanku dan menjauhkan diri,
bertanya padanya “Apakah ini sudah benar? Apakah aku sudah berada ditempat yang
benar?” tanyaku.
“Kenapa?” tanyanya.
“Aku pikir kau yang paling tau dan paling bisa
memberi penjelasan. Aku benar-benar bingung.” Kataku.
“Oppa, kau cukup pegang tanganku, dan ikuti
aku. Maka semuanya akan baik-baik saja.” katanya meyakinkan.
Aku melihat sinar matanya lagi dan melihat
ketulusan disana. Hah?! Bodoh! Aku sendiri tidak tau apa itu ketulusan.
Aku dekatkan lagi bibirku padanya. Menciumnya
sekilas namun berkali-kali.
“Dunia ini seakan menjebakku,,
Dan membuatku terlihat bodoh.”
*********************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar