Author
: Park In Ri (again.. gag bosen apa baca FF dari ini author?)
Casting
: Royal Couple,, Park In Ri & Lee Taemin (ngalah-ngalahin Kate Middleton
sama Prince William!!!)
Genre
: Romance, Sadlystic, pokoknya gag Yaoi!! Tidak ada yang seperti itu! karena
saya benci budaya 2min!! Jealous ma Minho!! *Nah lo? Kok curhat?!
Rating
: Kalo part 1-nya adalah PG-16 yang ini PG-16,5
(tebak yang kayak gimana itu?!)
Note
: Merasa terbang diangan ketika ada beberapa orang bilang yang Double Mask For
Double Face 1 bagus, adalah sebuah keputusan besar membuat sekuelnya *text
pidato mode : On. Perasaan saya mengatakan yang ke-2 ini nggak lebih bagus dari
yang pertama. Tapi,, ya dicoba dulu lah!
DOUBLE
MASK FOR DOUBLE FACE –SERI 2-
Aku
sudah bilang bukan?
Aku
suka semua yang ada pada dirimu...
Belum?
Kalau begitu sebagai gantinya, akan ku katakan 1000 kali setiap harinya,,
------------------------------------------------
Aku adalah bunga
matahari
Sedangkan kau adalah
matahari
Matahari yang bersinar
dan menyilaukan
Dan aku hanya sekuntum
bunga matahari yang harus selalu melihatmu untuk bertahan hidup
Meski sinarmu membuatku
sakit aku harus tetap melihatmu agar bisa bernafas
Namun apakah kau
mengenalku?
Aku yang selalu
melihatmu
Aku yang hanya
sekuntum bunga diantara berjuta makhluk yang melihat dan menyanjungmu
Meski kau bahkan tak
tau aku ada
Aku akan terus
melihatmu
Karena bunga matahari
ditakdirkan hanya untuk melihat ke matahari
************************************
In Ri POV
“Kau
yakin sudah semuanya?” tanya Taemin memeriksa lagi barang bawaanku.
“Iya!
Ayo cepat, nanti aku terlambat.” Kataku. Mobil kamipun berjalan.
Hari
ini aku harus menghadiri study tour, dan aku meminta Taemin untuk mengantarku.
Kulihat namja berambut kuning almond disampingku itu.
“Arrgghhh.”
Katanya menggeram membuatku sontak menengok. Kulihat tangannya bergetar dan
keringat dinginnya bercucuran.
“Perlu
aku gantikan menyetir.” Tanyaku perlahan lalu dibalas dengan gelengan kecilnya.
Keadaannya
sudah jauh lebih baik dari beberapa bulan lalu saat ia membuat 19 bekas jahitan
di pahaku. Ia sudah bisa merasakan jika penyakitnya akan kambuh, dan sedikit
demi sedikit bisa mengontrolnya.
Kami
melewati perjalanan dalam diam, hanya menyisakan suara nafasnya yang naik turun
menahan amarah. Sesekali aku memegang lengannya mengingatkan bahwa aku ada
disini. Kamipun sampai ditempat yang aku tuju, namun begitu turun aku malah
ragu bisa meninggalkannya mengemudi sendirian atau tidak.
“Oppa
yakin bisa pulang?” tanyaku.
“Hmm.”
Katanya tertahan.
“Hati-hati.”
Kataku memandangnya.
“Ne.”
Katanya sambil mencium keningku lalu masuk kedalam mobil dan pergi.
Aku
tatap jalanan yang bahkan sudah tidak menampakkan mobilnya dengan pandangan
khawatir hingga ada seseorang menepuk pundakku.
“Ayo
masuk.” Kata Yoo Seo mengajakku.
“Emm..
Yoo Seo, bisa kau izinkan aku ke pada Kang Seongsangnim? Aku harus kembali
kerumah karena ada urusan, jika sudah selesai aku akan segera kemari. Oke?”
kataku tanpa membiarkannya menyela dan segera berlari menuju halte bus
terdekat.
Perlu
waktu 10 menit untuk menemukan bus ditempat seperti ini. Aku menaiki bus
pertama yang entah bertujuan kemana, yang penting aku bisa segera menyusulnya.
Author POV
In
Ri sedang berdesakan di dalam busnya ketika bus itu tiba-tiba berhenti,
membuatnya harus lebih menyeimbangkan diri. In Ri melihat ke sisi kanan jalan
yang merupakan jurang curam dengan bebatuan tajam. Bus kembali berjalan,
menyisir hiruk-pikuk orang yang sedang berdiri di tepi jurang.
Telah
terjadi sebuah kecelakaan disana. Sekarang Tim SAR sedang berusaha mengangkat
mobil yang terperosok kejurang itu. Tepat ketika mobil itu berhasil diangkat,
bus In Ri melewatinya. Mobil yang sangat dihafal In Ri, bahkan baru 15 menit
lalu ia ada dalam mobil itu. Dengan kap mobil yang sudah tidak berbentuk dan
penuh dengan goresan batu-batu jurang yang tajam.
-----------------------------------
Sudah
3 jam In Ri duduk memeluk tasnya tak bergerak di depan sebuah pintu putih yang
besar, menunggu seseorang keluar dan memberinya penjelasan. Bagi In Ri tentu
saja ini adalah saat yang sulit, saat dikeluarkan dari mobilnya keadaan Taemin
tidak menunjukan luka luar yang parah, namun dalam perjalanan ke mari dia
memuntahkan darah, menggambarkan luka dalamnya yang mengenaskan. In Ri sudah
menghubungi keluarga Taemin, mungkin besok mereka akan sampai.
Ingin
sekali ia masuk dan menemani Taemin disaat seperti ini, ia ingin menjadi hantu
dan menembus tembok itu sekarang, tapi jelas itu tidak bisa. Sekarang ia tidak
tau harus berbuat apa, menangis? Tidak. Dia terlalu bingung bahkan hanya untuk
menangis, terlalu sedih bahkan air mata tak sanggup menggambarkannya. Menangis
dalam hati. Itu kedengarannya lebih menyakitkan.
..Kau,,
Kau
begitu dekat,
Namun
untuk melihatmu saja aku tidak bisa..
*****************************************
Taemin POV
Disini,,
Menyilaukan.. cahaya ini menyakitkan..
Tiba-tiba terdapat sebuah layar besar yang
menampilkan film-film kehidupanku..
Semuanya berputar begitu cepat,
Orang-orang yang hidup dalam kehidupanku,,
Memberikan berbagai warna dalam hidupku..
Semuanya masuk dalam anganku, menampilkan
kenangan-kenangan manis,,
Membuatku tidak ingin terbangun..
Hingga aku ingat padamu,,
Aku ingat harus mengatakan sesuatu padamu..
Aku harus bangun,,
Karena aku belum sempat mengatakan,
“..Maaf,
karena mencintaimu..”
*************************************
In Ri POV
Lega
dan juga sedih ketika dokter mengatakan Taemin koma. Lega karena itu berarti
aku masih bisa melihatnya lagi, dan sedih karena aku bisa melihatnya tanpa
cahaya matanya. Aku menyiapkan beberapa bunga dan menyemprotkan aroma terapi
kesukaannya kedalam ruang perawatannya. Aku ingin dia merasa nyaman di kamar
perawatannya meskipun dia tidak mengetahuinya, tapi aku yakin dia merasakannya.
---------------------------------------------------------
Aku
sedang mengusap dahinya yang berpeluh ketika pintu kamarnya terketuk. Muncul
seorang wanita paruh baya dan juga pria yang rambutnya mulai memutih juga
seorang namja berusia 23 tahunan. Aku bangkit dari kursiku dan memberi hormat
pada mereka.
Wanita
paruh baya itu langsung mengahampiri ranjang Taemin dan memeluk anak
laki-lakinya itu erat.
“In
Ri, bagaimana keadaannya?” tanya Ayah Taemin.
“Dokter
meminta Omonim untuk menemuinya.” Kataku sambil melihat Ibu Taemin yang masih
menangis disamping tubuh anaknya.
Aku
hanya bisa berdiri di belakang mereka semua. Ini bukan pertemuan yang indah
bagi sebuah keluarga yang sangat jarang bertemu. Tak berapa lama kemudian Ibu
Taemin menghampiriku dan mengajakku menemui dokter.
“Beberapa
tulang rusuknya patah, tapi kami sudah mengatasinya. Yang paling penting
sekarang adalah menunggunya sadar, baru kita bisa memastikan apakah dia
baik-baik saja.” kata Dokter begitu Ibu Taemin bertanya tentang keadaan
anaknya.
“Lalu,
kenapa sampai sekarang dia tak kunjung sadar?” tanya Ibu Taemin.
“Ini
mungkin karena alam bawah sadar Taemin berbeda dengan yang lainnya. Penderita
alter ego *red:kepribadian ganda* memiliki alam sadar yang sedikit berbeda,
saat koma dua kepribadian itu akan bertarung merebutkan satu raga.” Kata dokter
dengan nada prihatin.
“Itu
berarti, ada kemungkinan dia sembuh?” kali ini aku yang bertanya.
“Ya,
tapi juga kemungkinan dia terperangkap dalam pribadinya yang lain..” kata
dokter itu dengan nada yang semakin merendah.
Begitu
kami keluar dari ruang dokter, Ibu Taemin segera menarik tanganku dan memintaku
duduk di cafetaria rumah sakit.
“In
Ri-aa,” katanya memanggilku pelan.
“Ne,
Omonim.” Kataku pelan.
“Terima
kasih, sudah menjaga Taemin hingga sekarang.” Katanya sambil memelintir tissue
yang mengusap matanya.
“Aniyo,
Omonim. Aku senang melakukaknnya.” Kataku
“Sebelum
kecelakaan itu, apakah Taemin sedang kambuh?” tanyanya tersendat karena ragu
akan dapat menerima jawaban sebenarnya.
“Omonim
tenanglah semuanya akan baik-baik saja, Taemin Oppa pasti bisa melewatinya.”
Kataku.
Aku tidak
yakin ucapanku itu berguna,,
karena
sesungguhnya perasaanku juga tidak karuan.
********************************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar